Sabtu, 24 Desember 2016

SIKOLOGI PENDIDIKAN MODUL MENGAJAR YANG EFEKTIF



MODUL PERKULIAHAN

SIKOLOGI PENDIDIKAN
MENGAJAR YANG EFEKTIF



DISUSUN OLEH:
AININ SHOFIYAH   140651100102


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU  ANAK USIA DINI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADUARA
TAHUN 2015
 




KATA PENGANTAR
            Puji syukur Alhamdulillah kita panjatkan kehadiran Allah Swt yang telah melimpahkan begitu banyak nikmat-Nya kepada kita, baik berupa nikmat iman, islam, kesehatan, dan waktu luang. Shalawat dan salam tidak lupa kita haturkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta kepada seluruh umat yang setia mengikutinya.
Dalam kesempatan ini, alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan modul perkuliahan  Psikologi Pendidikan dengan judul “Mengajar Yang Efektif” dengan Dosen Pembimbing Ibu Mayang, S.Psi., M.Psi.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan modul perkuliahan  psikologi pendidikan ini masih terdapat kesalahan. Oleh karena itu atas segala kekurangan dan kekhilafan penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya. Dan hanya kepada Allah-lah penulis memohon ampun dan perlindungan.


Bangkalan, 3 September 2015

Penulis





DAFTAR ISI
Kata pengantar........................................................................................        i
Daftar Isi.................................................................................................        ii
Materi
A.      Latar Belakang.......................................................................        1
B.      Tujuan....................................................................................        2
C.      Manfaat..................................................................................        2
D.      Waktu dan tempat...................................................................       2
E.       Pelaksana.................................................................................      2 
Bab 2 Pembahasan
A.    Prosedur Pelaksanaan..............................................................        3
B.    Deskripsi Hasil........................................................................        3
Bab 3 Penutup
A.    Kesimpulan.............................................................................        6
B.    Saran........................................................................................        6
Daftar Pustaka........................................................................................        7
Lampiran (Power Point).........................................................................        10




MENGAJAR YANG EFEKTIF
A. Definisi dan Contoh Mengajar
Tugas dan tanggung jawab guru sebagai pendidik adalah membantu dan membimbing siswa untuk mencapai kedewasaan seluruh ranah kejiwaan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan, baik kriteria institusional maupun konstruksional. Dalam hal ini, kegiatan nyata yang paling utama dalam memberi bantuan dan bimbingan itu adalah mengajar   .
1. Definisi Mengajar
         pengertian yang umum dipahami orang terutama mereka yang awam dalam bidang-bidang studi pendidikan, ialah bahwa mengajar merupakan penyampaian pengetahuan dan kebudayaan kepada siswa. Dengan demikian tujuanpun hanya berkisar sekitar pencapaian penguasaan siswa atas sejumlah pengetahuan dan kebudayaan. Dari pengertian semacam ini timbul peranan bahwa dalam proses pengajaran hanya dipegang guru, sedangkan murid dibiarkan pasif.
         Arifin (1978) mendefinisikan mengajar  sebagai “... suatu rangkaian kegiatan penyampaian bahan pelajaran kepada murid agar dapat menerima, menanggapi, menguasai, dan mengembangkan bahan pelajaran itu”. Definisi ini menekankan pengajaran yang hanya terpusat pada guru masih juaga tergambar dengan jelas. Dengan demikian siswa selaku peserta didik dalam definisi Arifin di atas, tetap tidak atau kurang aktif.
         Tyson dan Caroll (1970), menyimpulkan bahwa mengajar adalah sebuah cara dan proses hubungan  timbal baik antara siswa dan guru  yang sama-sama aktif melakukan kegiatan. Sehubungan dengan definisi itu Tyson dan Corall menetapkan sebuah syarat, yakni apabila iteraksi antarpersonal (siswa dan guru) di dalam kelas terjadi dengan baik, maka kegiatan belajar akan terjadi. Sebaliknya, jika interaksia antara guru-siswa buruk, maka kegiatan siswapun tida terjadi atau mungkin terjadi tetapi tidak sesuai dengan harapan.
         Nasution (1986) berpendapat bahwa mengajar adalah “... suatu aktifitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan anak, sehingga terjadi proses belajar”. Lingkungan dalam hal ini tidak hanya ruang kelas (ruang belajar), tetapi juga guru, alat peraga, laboratorium, dan sebagainya yang relevan dengan kegiatan belajar siswa.
         Tardif (1989) mendefinisikan mengajar dengan lebih  sederhana tetapi cukup komprehensif dengan mengatakan bahwa mengajar itu pada prinsipnya adalah perbuatan yang dilakukan seseorang (guru) dengan tujuan membantu atau memudahkan orang lain (siswa) melakukan kegiatan belajar.
         Biggs (1991), seorang pakar psikologi kognitif masa kini, membagi kosep megajar dalam tiga macam pengertian. 1) pengertian kuantitatif (yang menyangkut jumlah pengetahuan yang diajarkan). 2) pengertian institusional ( yang menyangkut kelembagaan atau sekolah). 3) pengertian kualitatif (yang menyangkut mutu hasil yang ideal).
         Dalam pengertian kuantitatif, mengajar berarti the transsmision of knowledge, yakni penularan pengetahuan. Dalam hal ini, Guru hanya perlu menguasai pengetahuan bidang studinyadan menyampaikan kepada siswa dengan sebaik-baiknya.
         Dalam pengertian institusional, mengajar berarti the efficient orchestration of teaching skill, yakni penataan segala kemampuan mengajar secara efisien. Dalam pengertian ini, guru di tuntut untuk selalu siap mengadptasikan berbagai teknik mengajar untuk bermacam-macam siswa yang berbeda bakat, kemampuan dan kebutuhannya.
         Selanjutnya, dalam pengertian kualitatif, mengajar berarti the facilitation of learning yakni upaya membantu memudahkan kegiatan siswa. Dalam hal ini, guru berinteraksi sedemikian rupa dengan siswa dengan konsep kualitatif, yakni agar siswa belajar dalam arti membentuk makna dan pemahaman sendiri. Pengajaran ini lebih terpusat pada siswa (student centered), sedangkan pengajaran kuantittif lebih terpusat pada guru (teacher centered).
2. Contoh Mengajar
Selaku pengelola kegiatan siswa, guru sangat diharapkan menjadi pembimbing dan pembantu para siswa, bukan hanya ketika mereka berada dalam kelas saja melainkan ketika mereka berada diluar kelas. Dalam hal ini, menjadi pembimbing guru perlu mewujudkan kemampuanya dalam kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
  1. Membimbing kegiatan para siswa
  2. Membiming kegiatan para siswa
Membimbing kegiatan siswa tidak hanya berarti berceramah dimuka kelas, tetapi juga memberikan peluang kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajarnya. Contoh : jika para siswa sedang diajari menulis, maka para siswa tulah yang seharusnya lebih banyak mendapat peluang menulis, bukan guru. Tugas guru yang penting dalam hal ini adalah memberi contoh dan dorongan persuasif kepada para siswa serta menata lingkungan sebaik-baiknya, sehingga memungkinkan mereka belajar dengan mudah. Dari contoh diatas dapat dipahami bahwa tradisi mengajar dengan mendominasi kegiatan kelas seperti menulis pada papan tulis terus menerus atau mendektekan teks kepada siswa hingga akhir jam pelajaran, tidak dapat dipandang lagi sebagai kegiatan pelajar yang sesungguhnya. Padahal arti penting kegiatan mengajar adalah dalam rangka menimbulkan bahkan memudahkan belajar siswa. Dalam membimbing pengalaman para siswa, guru dituntut untuk menghubungkan mereka dengan lingkunganya. Hal ini, penting karena dalam pengalaman berinteraksi dengan lingkungannya itulah. Sesungguhnya para siswa mengalami proses belajar.
           

B. Pandangan-Pandangan Pokok Mengenai Mengajar
Ada dua macam aliran pandangan yang berbeda dalam melihat profesi mengajar. Aliran pertama menganggap mengajar sebagai “ilmu”, sedangkan aliran kedua menganggap mengajar sebagai “seni”.      
1. Mengajar Sebagai Ilmu    
            Sebagian ahli memandang mengajar sebagai ilmu (science). Oleh karenanya, guru merupakan sosok pribadi manusia yang memang sengaja dibangun untuk menjadi tenaga profesional yang memiliki profisiensi (berpengetahuan dan berkemampuan tinggi) dalam dunia pendidikan yang berkompeten untuk melakukan tugas mengajar.
            Seorang pakar psikologi pendidikan, J.M. Stephens, berpendapat bahwa seorang yang profesional seharusnya memiliki keyakinan yang mendalam terhadap ilmu yang berhubungan dengan proses kependidikan yang mendalam terhadap ilmu yang berhubungan dengan proses pendidikan yang dapat menyelesaikan masalah-masalah besar itu. Hal ini penting, karena menurutnya mengajar itu terkadang berbentuk proses yang emosional dan entusiastik yang dapat menghambat penerapan secara persis teori-teori ilmu pengetahuan (Barlow, 1985).
            Aliran pandangan yang menganggap mengajar sebagai ilmu dapat menimbulkan konotasi bahwa seseorang yang dikehendaki menjadi guru, misalnya oleh orang tuanya sendiri, akan dapat menjadi guru yang baik asal dididik di sekolah atau fakultas keguruan.
2. mengajar Sebagai Seni
            Sebagian ahli lainnya memandang bahwa mengajar adalah seni (art), bukan ilmu. Oleh karenanya, tidak semua orang berilmu (termasuk orang yang berilmu pendidikan) bisa menjadi orang yang piawai dalam hal mengajar.
            Sebagai contoh, seorang pakar yang “mumpuni” dalam sebuah bidang studi umpanmanya bidang studi agama dan bahkan telah memiliki pengetahuan keguruan yang cukup, belum tentu mahir mengajar agama kepada orang lain. Dalam kenyataan sehari-hari terkadang kita saksikan seorang guru agama atau bahkan seorang yang terlanjur berpredikat ulama yang sama sekali tidak menarik dan membosankan ketika ia berceramah atau berdiskusi mengenai masalah keagamaan. Sebaliknya ada pula seorang pengajar madrasah yang hanya berpredikat santri biasa dan tak pernah mengikuti sekolah keguruan tetapi ternyata berhasil menjadi guru agama yang baik. Santri itu cukup piawai dalam mentransfer pengetahuan, sikap dan keterampilan keagamaannya kepada murid-muridnya.
            Berdasarkan kenyataan yang ada, seperti contoh diatas, maka cukup kuatlah eksistensi aliran yang memandang bahwa mengajar adalah seni, dan kecakapan mengajar yang notabene artistik itu hanya dimiliki oleh orang-orang yang berbakat. Dengan demikian, menurut aliran yang memandang mengajar sebagai seni, seseoarang hanya dapat mengajar dengan baik semata-mata karena bakat yang dimilikinya. Dengan kata lain orang itu menjadi guru  (yang kompeten dan profesional) karena ia telah ditakdirkan lahir sebagai seorang guru.
            Sehubungan dengan pandangan diatas, seorang guru besar sastra Gilbert Hight dalam bukunya The Art Of Teaching (Seni Mengajar) menegaskan bahwa, ... teaching is an art, not a science yakni mengajar adalah sebuah seni, bukan sebuah ilmu (Barlow1985). Menurutnya, penerapan tujuan dan metode sebuah ilmu kepada manusia itu (dalam pengajaran) sangat berbahaya meskipun prinsip statistik dan diagnosis saintifik dapat menjelaskan tingkahlaku dan struktur fisik aneka ragam kelompok manusia.
C. Cara Mengajar yang Efektif
Karena mengajar adalah hal yang kompleks dan karena murid-murid itu bervariasi, maka tidak ada cara tunggal untuk mengajar yang efektif untuk semua hal (Diaz 1970). Guru harus menguasai beragam perspektif dan strategi, dan harus bisa mengaplikasikannya secara fleksibel. Hal ini membutuhkan dua hal utama: (1) pengetahuan dan keahlian profesional, dan (2) komitmen dan motivasi.
1. Pengetahuan dan Keahlian Profesional
         Guru yang efektif  menguasai materi pelajaran dan keahlian atau keterampilan mengajar yang baik. Guru yang efektif memiliki strategi pengajaran yang baik dan didukung oleh metode penetapan tujuan, rancangan pengajaran, dan manajemen kalas. Mereka tahu bagaimana memotivasi, berkomunikasi, dan berhubungan secara efektif dengan murid-murid dari beragam latar belakang kultural. Mereka juga memahami cara menggunakan teknologi yang tepat guna di dalam kelas.
a.     Penguasaan Materi Pelajaran

       Guru yang efektif harus berengetahuan, fleksibel dan memahami materi, tentu saja, pengetahuan subyek materi bukan hanya mencakup fakta, istilah, dan konsep umum. Ini juga membutuhkan pengetahuan tentang dasar-dasar pengorganisasian materi, mengaitkan berbagai gagasan, cara berfikir dan berargumen, pola perubahan dalam satu mata pelajaran, kepercayaan tentang mata pelajaran dan kmampuan mengaitkan satu gagasan dari suatu disiplin ilmu ke disiplin ilmu lainnya.
b. Strategi Pengajaran
    
c. Penetapan Tujuan dan Keahlian Perencanaan Instruksional
     Guru yang efektif tidak hanya sekedar mengajar di kelas, mereka harus menentukan tujuan pengajaran dan menyusun rencana untuk mencapai tujuan itu (Printich dan Schunk, 2002). Mereka juga harus menyusun kriteria tertentu agar sukses. Mereka menghabiskan banyak waktu untuk menyusun rencana instruksional, mengorganisasikan pelajaran agar murid meraih hasil maksimal dari kegiatan belajarnya. Dalam menyusun rencana, guru memikirkan tentang cara agar pelajaran  bisa menantang sekaligus menarik.


d. Keahlian Manajemen Kelas
Guru yang efektif adalah mampu menjaga kelas tetap aktif bersama dan mengorientasikan kelas ke tugas-tugas. Guru yang efektif mampu membangun dan mempertahankan lingkungan belajar yang kondusif. Agar lingkungan ini optimal, guru senantiasa meninjau ulang strategi penataan dan prosedur pengajaran, pengorganisasian kelompok, monitoring, dan mengaktifkan kelas, serta menangani tindakan murid yang mengganggu kelas (Algozzine dan Kay, 2002; Emmer Stough, 2001; Lindberg dan Swick, 2002;Martella, Nelson dan Marchand-Martella, 2003).
e. Keahlian Motivasional
       Guru yang efektif punya strategi yang baik untuk memotivasi murid agar au belajar (Boekaerts,Pintrich dan Zeidner, 2000; Stipek, 2002). Guru yang efektif tahu bahwa murid akan termotivasi saat mereka bisa memilih sesuatu yang sesuai dengan minatnya. Guru yang baik akan memberi kesempatan murid yang berpikir kreatif dan mendalam untuk proyek mereka sendiri (Runco, 1999).
f. Keahlian Komunikasi
     Yang juga amat diperlukan untuk mengajar adalah keahlian dalam berbicara, mendengar, mengatasi hambatan komunikasi verbal, memahami komunikasi nonverbal dari murid dan mampu memecahkan konflik secara konstruktif. Kemampuan komunikasi bukan hanya penting untuk mengajar, tetapi juga berinteraksi dengan orang tua murid. Guru yang efektif menggunakan keahlian komunikasi yang baik saat mereka berbicara “dengan” murid, orang tua, administrator, dan yang  ulainnya, dan tidak terlalu banyak mengkritik, serta memiliki gaya komunikasi yang asertif, bukan agresif, manipulatif,  atau pasif (Alberti dan Emmons,1995; Evertson, Emmer dan Worsham, 2003). Guru yang efetif juga bekerja untuk meningkatkan keahlian komunikasi para murid.
g. Bekerja Secara Efektif dengan Murid dari Latar Belakang Kultural yang Berlainan
     Di dunia yang saling berhubungan secara kultural  ini, guru yang efektif harus mengetahui anak dengan latar belakang yang berbeda, dan sensitif terhadap kebutuhan mereka (Cushner,2003; Johnson,2002; Spring, 2002). Guru yang efektif mendorong murid menjalin hubungan yang positif dengan murid yang berbeda. Guru yang efektif membimbing murid untuk berfikir secara kritis tentang isu kultural dan etnis, dan mereka berusaha mengurangi bias, menanamkan sikap aling menerima, dan bertindak secara mediator kultural (Banks 2001, 2002). Guru yang efektif juga harus menjadi perantara antara kultur sekolah dengan kultur dari murid tertentu, terutama mereka yang kurang sukses secara akademik (Diaz, 1997).
h. Keahlian Teknologi
Teknologi itu sendiri tidak selalu meningkatkan kemampuan belajar murid. Dibutuhkan syarat atau kondisi lain untuk menciptakan lingkungan belajar yang mendukung proses balajar murid (Earle, 2002; Sharp, 2002). Guru yang efektif mengembangkan keahlian teknologi dan mengintegrasikan komputer  ke dalam proses belajar di kelas (Male, 2003). Integrasi ini harus disesuaikan dengan kebutuhan belajar murid, termasuk kebutuhan mempersiapkan murid untuk mencari pekerjaan di masa depan, yang sangat membutuhkan keahlian teknologi dan keahlian berbasis komputer (Maney, 1999).
2. Komitmen dan Motivasi



LEMBAR KERJA
Soal

1.     Jelaskan pengertian mengajar menurut pendapat anda?
2.     Bagaimana pandangan anda mengenai mengajar sebagai ilmu dan seni?
3.     Bagaimana cara mengajar yang efektif?
4.     Apa saja keahlian yang harus dimiliki seoarang guru dalam mengajar?
5.     Bagaimana cara memotivasi siswa untuk meningkatkan keinginannya dalam belajar?

Kunci Jawaban




DAFTAR PUSTAKA

Syah, Muhibbin. (). Psikologi Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Ormrod, Jeanne Ellis. (2009). Psikologi Pendidikan. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Santrock, John W. (2007). Psikologi Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada    
        Media Group.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar