BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Pendidikan merupakan investasi masa depan yang
diyakini dapat memperbaiki kehidupan suatu bangsa. Memberikan perhatian yang
lebih kepada anak usia dini untuk mendapatkan pendidikan, merupakan salah satu
langkah yang tepat
untuk menyiapkan generasi
unggul yang akan
meneruskan perjuangan bangsa.
Salah
satu bagian penting
yang harus mendapatkan
perhatian terkait dengan
pendidikan yang diberikan sejak usia dini adalah penanaman nilai
moral melalui pendidikan di
Taman Kanak-kanak. Pendidikan
nilai dan moral
yang dilakukan sejak usia dini, diharapkan pada tahap perkembangan
selanjutnya anak akan mampu membedakan
baik buruk, benar
salah, sehingga ia dapat
menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari. Hal itu
akan berpengaruh pada mudah
tidaknya anak diterima
oleh masyarakat sekitarnya
dalam hal bersosialisasi.
Pendidikan
nilai dan moral
sejak usia dini
merupakan tanggungjawab bersama
semua pihak. Salah satu lembaga pendidikan yang dapat melakukan hal itu adalah
Taman Kanak-kanak (TK)
yang merupakan salah
satu lembaga Pendidikan Anak
Usia Dini (PAUD)
yang bersifat formal.
Di samping masih banyak
lembaga PAUD lain
yang dapat digunakan
sebagai tempat penanaman nilai moral
seperti: Kelompok Bermain
(KB), Tempat Penitiapan
Anak (TPA), pendidikan keluarga,
dan pendidikan lingkungan.
Berkaitan dengan upaya pengembangan moral yang
gencar dilakukan, perlu adanya alat atau media penilaian yang dapat menjadi
barometer pencapaian serta bahan
evaluasi dari penanaman nilai moral yang diberikan. Alat penilaian menjadi
unsur yang sangat penting dalam pengembangan nilai moral pada anak, karena
tanpa struktur evaluasi yang jelas, sangat sulit bagi guru untuk dapat memantau
perkembangan moral anak. Oleh sebab itu, pada penyusunan makalah kali ini akan
membahas secara lebih spesifik terkait alat penilaian dalam pengembangan moral
dan disiplin anak usia dini.
B. RUMUSAN
MASALAH
a. Konsep
Dasar Moral dan Disiplin Anak Usia Dini
b. Alat
penilaian yang digunakan dalam pengembangan moral dan disiplin anak usia dini
c. Fungsi
dan prinsip penilaian pengembangan moral dan disiplin untuk anak usia dini
C. TUJUAN
a. Untuk
mengetahui konsep dasar moral dan disiplin anak usia dini
b. Untuk
mengetahui alat penilaian yang digunakan dalam pengembangan moral dan disiplin
anak usia dini
c. Untuk
mengetahui fungsi dan prinsip penilaian pengembangan moral dan disiplin untuk
anak usia dini
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Moral dan Disiplin Anak Usia Dini
Moral merupakan
suatu kebiasan yang dilakukan setiap individu baik moral yang baik atupun
buruk. Moral berasal dari bahasa latin ”Mores” yang berarti tata cara,
kebiasaan dan adat. Prilaku sikap moral mempunyai arti prilaku yang sesuai
dengan kode moral kelompok sosial yang di
kembangkan oleh konsep Moral. Yang dinamakan konsap moral
ialah peraturan prilaku yang telah menjadi kebiasaan bagi anggota suatu
budaya. Konsep moral inilah yang menentukan pada prilaku yang diharapkan dari
masing-masing anggota kelompok.
Menurut Piaget,
hakikat Moral ialah kecenderungan menerima dan menaati system peraturan.
Selanjutnya ada pendapat lain seperti yang dikatakan oleh Kohlberg mengemukakan
bahwa aspek moral adalah sesuatu yang tidak di bawa dari lahir, akan tetapi
sesuatu yang berkembang dan dapat dipelajari. Perkembangan Moral merupakan
proses internalisasi Nilai atau Norma masyarakat sesuai dengan kematangan
seseorang dalam menyesuaikan diri terhadap aturan yang berlaku dalam kehidupanya. Jadi
perkembangan Moral mencakup aspek kognitif yaitu pengetahuan tentang baik atau
buruk dan benar atau salah, dan faktor afektif yaitu sikap atau Moral itu di
praktekan.
Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional telah mengamanatkan dilaksanakanya pendidikan kepada
seluruh rakyat Indonesia sejak usia dini, yakni sejak anak dilahirkan.
Disebutkan secara tegas dalam UU tersebut bahwa pendidikan anak usia dini
adalah suatu pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan
usia 6 tahun yang dilakukan dengan cara pemberian rangsangan pendidikan untuk
membantu pertumbuhan jasmani dan rohani agar anak mempunyai kesiapan untuk
kejenjang yang lebih lanjut. Saya memberikan stetmen dalam pendidikan Rohani
disini bisa juga pendidikan moral yang artinya moralitas yang baik sesama
manusia.[1]
Contoh dari penerapan disiplin pada anak usia dini,
misalnya: ada seorang anak perempuan kecil berusia 4 tahun. Ia menangis
berguling-guling di lantai karena mengantuk dan meminta meminum susu sambil
teriak keras memanggil Ibunya. Dan ibunya seolah-olah tidak menghiraukan
tindakan anaknya itu. Karna Ibunya telah memerintahkan anaknya sehabis bermain
dan sebelum minum susu cuci tangan terlebih dahulu, baru minum susu. Namun,
anaknya menginginkan Ibunya yang mencucikan tangannya” kamu sudah bisa cuci
tangan sendiri,” bentak Ibu. Anak itu semakin keras menangisnya dan meronta,
membuat keributan dalam rumah tersebut. Sewaktu anak berteriak keras, ibu
menariknya kekamar mandi untuk diguyur hingga basah kuyup lalu anak itu
ditinggal ibunya untuk membereskan rumah. Dengan terseduh-seduh anak tersebut
melepaskan bajunya yang basah dan mengambil handuk, mengeringkan badanya
sendiri, kemudian dia naik keranjang dan tertidur pulas. Pada waktu bangun ia
berkata pada Ibunya,”Ibu, saya mau minum susu!” jawab Ibu,” baik nak, sebelum
minum susu, makan dulu yah’ pasti kamu lapar. Ibu ambilkan makan dan makanlah
sambil melihat akuarium.”
Ternyata, dengan berlaku demikian, Ibu anak trsebut
sedang mengadakan percobaan mengajarkan disiplin kepada anaknya menurut caranya
sendiri. Apabila disekolah anak tersebut maunya menang sendiri, bila berbaris
tidak mau menuruti aturan, dia selalu teriak minta paling depan, padahal harus
bergantian dengan temanya. Namun, guru dengan cara memberi aba-aba untuk balik
arah dengan sendirinya anak tersebut berada pada posisi paling belakang.
B.
Alat Penilaian Dalam Pengembangan Moral dan Disiplin
Anak Usia Dini
Penilaian adalah suatu usaha
mengumpulkan dan menafsirkan
berbagai informasi secara sistematis,
berkala, berkelanjutan, menyeluruh
tentang perkembangan yang telah
dicapai oleh anak didik melalui
pembelajaran. Tujuan penilaian adalah untuk
mengetahui perkembangan yang telah
dicapai oleh anak didik selama mengikuti
pembelajaran.
Sekolah juga mempunyai
tanggung jawab menilai anak-anak
untuk mengidentifikasi masalah
pembelajaran yang potensial dan
memberi tindakan penyembuhan
yang sesuai bagi anak-anak yang
membutuhkannya. Diagnosis dan
penyaringan untuk mengenali anak-
anak yang mungkin membutuhkan
evaluasi dan campur tangan
pendidikan lebih lanjut yang
dituntut oleh undang-undang
federal, merupakan langkah yang
penting dalam merancang sebuah
rencana pendidikan Individual
Educational Plan (IEP).
Kemudian juga, karena
anak-anak bersekolah, maka
penilaian dan evaluasi itu sangatlah
penting. Informasi yang diperoleh
lewat penilaian memberi tahu para
guru mengenai daya guna
kurikulum atau program. Dengan
informasi ini, para guru dan
sekolah memperoleh pengertian
lebih baik mengenai apa dan
bagaimana cara mereka merubah
dan memperbaiki program dan
kurikulum guna meningkatkan
kegunaannya. Maka dari itu, hal ini
membutuhkan alat penilaian dalam
pengembangan moral dan disiplin
yang diantaranya:
1. Pengamatan
Setiap hari, para guru secara sepontan mengamati anak-anak,
berbicara dengan mereka, dan
berpikir mendalam mengenai
pertumbuhan dan pembelajaran
anak, bertanya kepada diri sendiri,
“apa yang dilakukan Sasha hari
ini ?” atau berkata, “Asep sedang
membuat kemajuan yang baik di
bidang belajar huruf-huruf. Ia
memperlihatkan bahwa ‘A’ pada
namanya adalah huruf ‘A’yang
sama pada awal nama Alisa”.
2. Daftar Periksa dan Skala
Pemeringkatan Pengamatan yang lebih terstruktur dapat dilakukan dengan menggunakan daftar ceklis dan skala-skala tingkat.
Para guru bisa merancang
ini untuk maksud khusus, seperti untuk
menemukan keterampilan
pemetaan mana yang
digunakan anak-anak
secara spontan ketika
mereka bermain, bagaimana mereka menggunakan bahan-
bahan matematika yang
diterapkan di bidang
mengurus rumah tangga,
atau keterampilan sosial
mana yang sedang berkembang.
3. Wawancara Terstruktur
Para guru bisa menggunakan jenis wawancara terstruktur yang sama untuk memeriksa pemahaman anak tentang konsep, kenyataan, perasaan mereka, atau situasi- situasi sosial. Sebagaimana karya hidup Piaget didasarkan pada
pengamatan terhadap
anak-anak. Pengamatan
terhadap ketiga anaknya
sendiri menuntun dia ke
pengembangan metode
klinis, yang menggabungkan pengamatan terhadap
anak-anak dengan mengajukan pertanyaan,
memeriksa, dan mengamati kembali.
4. Standar dan Pembanding Kinerja
Untuk menilai apa yang telah dipelajari anak- anak, mereka dapat diberi tugas khusus untuk
dikerjakan. Tugas itu
langsung berhubungan
dengan sasaran dan
tujuan kurikulum dan
program. Misalnya,
standar kesenian menyatakan bahwa anak-
anak harus mampu melakukan delapan gerak
dasar: berjalan, berlari,
melompat-lompat dengan
satu/dua kaki sekaligus,
melompat dari atas ke
bawah, melompat cepat
ke depan, berlari kencang
meluncur, dan melangkah cepat. Untuk
menentukan apakah anak
itu telah mencapai
standar ini, guru
hendaknya meminta anak
itu memperlihatkan
gerak-gerak itu.
5. Contoh Karya dan Portofolio
Portofolio adalah kumpulan karya anak- anak yang menggambarkan usaha, kemajuan, dan prestasi mereka, dan berpotensi menyediakan dokumentasi kaya bagi setiap pengalaman anak selama setahun. Jika portofolio itu harus dipakai sebagai alat untuk menilai, mak pembuatan
portofolio itu dianjurkan
menggunakan pendekatan
yang relatif terstruktur.
Penilaian portofolio, yang
telah dibuat untuk
memprediksi secara tepat
kinerja anak-anak dalam
melaksanakan tes yang
dibakukan dan seluruh
kinerja di sekolah, sangat
dihargai oleh para guru,
orang tua dan anak-anak.
6. Evaluasi Diri
Anak-anak yang tahu diri sendiri mengetahui apa
yang mereka lakukan
dengan baik dan apa yang
perlu mereka pelajari,
memiliki identitas diri
yang kuat, dan bisa
mengendalikan perilaku
dan pembelajarannya.
Melibatkan anak-anak ke
dalam evaluasi diri
mereka sendiri merupakan salah satu
cara membina perasaan
tentang ketepat gunaan
atau pengendalian.
7. Tes Standar
Anak-anak usia tiga, empat, dan lima tahun boleh diberi beberapa jenis tes standar yang berbeda, yang mencakup:
a. Tes kesiapan belajar
Tes kesiapan belajar
disusun agar mampu
menilai kemampuan
anak-anak memanfaatkan pelajaran berikutnya.
b. Tes kemajuan belajar
Tes kemajuan belajar
dirancang untuk menilai apa yang sudah diajarkan kepada anak atau sudah dipelajari dalam suatu bidang
pengajaran, atau sekurang-kurangnya
menentukan sampel
mengenai apa yang
dapat dibuat anak
pada saat itu.
c. Tes saringan dan diagnostik
Menurut undang- undang, sekolah bertanggung jawab
mengidentifikasi potensi masalah pembelajaran dan menyediakan tindakan penyembuhan bagi anak-anak yang dalam bahaya. Diagnosis dan penyaringan terdiri
dari prosedur penilaian singkatyang dirancang
untuk mengidentifikasi anak-anak yang mungkin memerlukan evaluasi
dan campur tangan
pendidikan lebih lanjut.
d. Tes kecerdasan
Secara khusus, tes ini
mengukur kecerdasan abstrak-
kemampuan serta melihat hubungan-
hubungan, membuat
generalisasi, dan
menghubungkan dan
mengorganisasikan
gagasan yang disampaikan dalam
bentuk lambang.
C. Fungsi dan
Prinsip Penilaian Pengembangan Moral Anak Usia Dini
Fungsi penilaian adalah sebagai berikut:
1. Memberikan umpan balik kepada guru
untuk menyempurnakan pembelajaran.
2. Sebagai bahan pertimbangan bagi guru
untuk membimbing perkembangan
moral anak didik sehingga dapat berkembang secara optimal.
3. Sebagai bahan pertimbangan bagi guru
untuk melakukan kegiatan bimbingan
terhadap anak didik yang memerlukan
perhatian khusus.
4. Memberikan informasi kepada orang
tua tentang perkembangan yang telah
dicapai oleh anak didik sebagai bentuk
pertanggungjawaban.
5. Sebagai informasi bagi orang tua
untuk menyesuaikan pendidikan keluarga
dengan proses pembelajaran di TK.
6. Sebagai bahan masukan bagi berbagai
pihak dalam rangka pembinaan
selanjutnya terhadap anak didik.
D. Prinsip-prinsip Penilaian
1. Terencana
Penilaian dilakukan secara terencana
sesuai dengan aspek perkembangan
moral yang dinilai.
2. Sistematis
Penilaian dilakukan secara teratur dan
terprogram.
3. Berkesinambungan
Penilaian dilakukan secara bertahap dan
terus menerus untuk memperoleh
gambaran tentang perkembangan anak
didik.
4. Obyektif
Penilaian dilaksanakan terhadap semua
aspek perkembangan
moral dan agama
sebagaimana adanya.
5. Mendidik
Proses dan hasil penilaian dapat
dijadikan dasar untuk memotivasi dan
mengembangkan moral anak didik secara
optimal.
6. Kebermaknaan
Hasil penilaian harus mempunyai arti dan
bermanfaat bagi guru, orang tua, anak
didik dan pihak lain.
BAB
III
PENUTUP
A. Simpulan
Moral berasal dari bahasa latin ”Mores” yang berarti
tata cara, kebiasaan dan adat. Prilaku sikap moral mempunyai arti prilaku yang
sesuai dengan kode moral kelompok sosial yang di kembangkan oleh konsep Moral. alat penilaian dalam
pengembangan moral dan disiplin
yang diantaranya adalah: pengamatan; wawancara
terstruktur; daftar ceklis; portofolio anak; tes standar dan evaluasi diri.
Adanya penilaian salah satunya berfungsi untuk Sebagai bahan pertimbangan bagi
guru
untuk membimbing perkembangan
moral anak didik sehingga dapat berkembang secara optimal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar