Sabtu, 24 Desember 2016

MAKALAH PENTINGNYA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD)



BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Pendidikan anak usia dini sekarang telah bermunculan di masyarakat, baik dalam bentuk formal maupun nonformal. Pemerintahan sendiri melalui Kementrian Pendidikan Nasional mengupayakan untuk menggalakkan pendidikan anak usia dini di berbagai daerah. Terobosan pemerintah ini adalah dalam rangka untuk memberikan perhatian yang lebih pada anak usia dini. Sebab, dari sinilah nantinya akan muncul generasi-generasi penerus yang akan memajukan bangsa dan negara tercinta ini.
Selain itu, alasan yang paling pokok ialah anak usia dini merupakan masa yang cemerlang untuk dilakukan dan diberikan pendidikan. banyak ahli menyebutkan masa tersebut sebagai golden age, yaitu masa-masa keemasan yang dimiliki oleh seorang anak. Pada masa ini 100 miliar otak anak  akan berkembang dengan begitu pesat dengan menghasilkan bertriliun-triliun sambungan antarneuron.
Oleh karena itu untuk mewujudkan pendidikan anak usia dini yang baik harus didukung dengan adanya sumber daya manusia yang memadai. Yaitu bagaimana seorang guru bisa mengajar dengan penuh kegembiraan dan keceriaan di hadapan peserta didik, serta dapat mengelola pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan. Dengan sumber daya manusia yang baik, kegiatan pembelajaran akan berlangsung dengan mengasyikkan dan menyenangkan sehingga peserta didik tidak akan merasa jenuh dan bosan dalam mengikuti pembelajaran.
1.2    Rumusan Masalah
1.     Apa dasar pendidikan anak usia dini?
2.     Bagaimana prinsip dasar anak usia dini?
3.     Bagaimana tahap perkembangan anak usia dini?
4.     Bagaimana kebutuhan anak usia dini?
5.     Bagaimana problematika pendidikan anak usia dini?
6.     Apa saja metode belajar anak usia dini?
1.3 Tujuan
1.     Untuk mengetahui dasar pendidikan anak usia dini.
2.     Untuk mengetahui prinsip dasar anak usia dini.
3.     Untuk mengetahui tahap perkembangan anak usia dini.
4.     Untuk mengetahui apa saja kebutuhan anak usia dini.
5.     Untuk mengetahui problematika anak usia dini.
6.     Untuk mengetahui apa saja metode belajar anak usia dini.


BAB II
PEMBAHASAN
2.1    Dasar Pendidikan Anak Usia Dini
            Dalam Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang di perlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. UU No 20 tahun 2003 juga menyebutkan bahwa pendidikan anak usia dini ialah suatu upaya pembinaan yang di tujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang di lakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesepian dalam memasuki pendidikan labih lanjut.
            Secara sederhana pendidikan anak usia dini dapat di definisikan sebagai pendidikan yang di berikan kepada anak yang berada pada usia 0-6 atau 8 tahun. Menurut pakar pendidikan, pendidikan anak usia dini ialah suatu proses pembinaan tumbuh kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh, yang mencakup aspek fisik, tumbuh dan nonfisik , dengan memberikan rangsangan bagi perkembangan jasmani, rohani (moral dan spiritual), motorik, akal pikir, emosional, dan sosial yang tepat agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.
            Dasar atau landasan merupakan tempat berpijak dimulainya suatu perbuatan. Dalam pendidikan anak usia dini memiliki dasar atau landasan yang menjadi alasan mengapa pendidikan anak usia dini itu penting supaya pendidikan anak usia dini dapat dilaksanakan dan dapat terarah dengan baik. Berikut landasan pedidikan anak usia dini:
1.   Landasan yuridis
Landasan yuridis adalah landasan hukum yang dijadikan pijakan dalam penyelenggaraan pendidikan anak usia dini. Hukum di sini  dapat berupa undang-undang maupun peraturan-peraturan pemerintah lainnya. Dalam konteks ini landasan yuridis diatur dalam  UU No. 23 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang telah dijelaskan diatas. Kemudian permendiknas No. 58 tahun 2009
2.   Landasan Filosofis
Landasan filosofis ialah landasan yang berkaitan dengan pendidikan anak usia dini. Dalam artian, berbicara mengenai maksud dan tujuan diselenggarakannya pendidikan untuk anak usia dini. Materinya seperti apa dan bentuk pembelajarannya bagaimana, semua dapat diketahui dengan memahami hakikat anak dan pendidikan anak itu sendiri. Sedangkan hakikat pendidikan anak usia dini itu adalah memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh atau menekankan pada pengembangan seluruh aspek kepribadian anak.
3.   Landasan Psikologis
Landasan psikologis adalah landasan yang berpandangan bahwa anak usia dini memiliki berbagai keunikan atau karakteristik yang khas. Keunikan-keunikan inilah yang semestinya diperhatikan dalam pendidikan anak usia dini, sebagai upaya membentuk, mengarahkan, dan mengembangkan segala potensi yang menjadi keunikan masing-masing abak.
4.   Landasan Sosiologis
Salah satu upaya pendidikan anak usia dini adalah untuk mempersiapkan anak-anak untuk dapat menghadapi pendidikan lebih lanjut. Selain itu untuk menjalin hubungan dengan orangtua,  masyarakat, teman, keluarga dan masyarakt yang lebih luas. Semua dapat diperoleh sejak kecil.
5.   Landasan Keilmuan
Landasan keilmuan ini dimaksudkan sebagai suatu landasan yang mendasari pentingnya pendidikan anak usia dini didasarkan pada penemuan para ahli tentang pertumbuhan dan perkembangan anak.
6.   Landasan Empiris
Landasan empiris didasarkan pada kenyataan yang ada di masyarakat bahwa banyak anak usia dini yang belum terlayani dengan baik dalam hal pendidikan.
2.2    Prinsip Pembelajaran Anak Usia Dini
Dalam menyelenggarakan pendidikan anak usia dini, seorang hendaknya memperhatikan beberapa prinsip pendidikan, prinsip-prinsip ini bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang bagaimana memperlakukan dan melaksanakan pendidikan terhadap anak.
Menurut permendiknas No. 58 tahun 2009 dijelaskan bahwa penyelenggaraan pendidikan anak usia dini di indonesia terbagi menjadi dua kelompok, yaitu formal dan norformal. Semua bentuk pendidikan anak usia dini baik bentuk formal atau nonformal dalam penyelenggaraannya maupun pengelolahannya harus mengacuh pada prinsip-prinsip pendidikan yang telah di tetapkan. Dalam UU No. 20 tahun 2003 pasal 14 dinyatakan bahwa ada beberapa prinsip dalam penyelenggaraannya sebagai berikut :
1.   Pendidikan di selenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinngih hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa.
2.   Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistematik dengan sistem terbuka dan multimakna.
3.   Pendidikan di selenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
4.   Pendidikan di selenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran.
5.   Pendidikan di selenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan berhitung bagi segenap warga masyarakat.
6.   Pendidikan di selenggarakan dengan memperdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengadilan mutu layanan pendidik.
Prinsip-prinsip di atas berlaku untuk semua jenjang pendidikan termasuk di dalamnya pendidikan anak usia dini. Hal yang membedakan ialah prinsip-prinsip tersebut disesuaikan dengan tingkat usia dan perkembangan anak. Namun, secara umum memiliki titik tekan yang sama, yaitu pendidikan di selenggarakan dengan memperhatikan kondisi peserta didik guna untuk mempersiapkan hidup yang lebih baik kedepannya .
Sejalan dengan itu, didalam konvensi hak anak disebutkan bahwa prinsip pelaksannan pendidikan anak usia dini harus mengacu pada prinsip umum sebagi berikut.
1.   Nondiskriminasi, dimana semua anak dapat mengecap pendidikan usia dini tanpa membedakan suku bangsa, jenis kelamin, bahasa, agama, tingkat sosial, serta kebutuhan khusus setiap anak.
2.   Dilakukan demi kebaikan terbaik untuk anak (respect for the views of the child), bentuk pengajaran, kurikulum yang diberikan harus sesuai dengan tinglat perkembangan anak.
3.   Mengakui adanya hak hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangan yang sudah melekat pada anak.
4.   Penghargaan terhadap pendapat anak (respect for the views of the child), terutama yang menyangkut kehidupan anak perlu mendapat perhatian dan tanggapan.
Selain prinsip-prinsip umum diatas, ada pendapat lain yang menyebutkan secara khusus mengenai prinsip penyelenggaraan pendidikan anak usia dini, terutama untuk taman kanak-kanak (TK). Adapun prinsip-prinsipnya adalah sebagi berikut.
1.   Taman kanak-kanak merupakan salah satu bentuk awal pendidikan sekolah. Untuk itu, perlu menciptakan situasi pendidikan yang dapat memberikan rasa aman dan menyenangkan.
2.   Masing-masing anak perlu memperoleh perhatian yang bersifat individual, sesuai dengan kebutuhan anak-anak usia taman kanak-kanak.
3.   Perkembangan adalah ahasil proses kematangan dan proses belajar.
4.   Sifat kegiatan belajar di taman kanak-kanak adalah hasil pembentukan perilaku melalui pembiasaan yang terwujud dalam kegiatan sehari-hari.
5.   Sifat kegiatan belajar di tamn kanak-kanak merupakan pengembangan kemampuan yang telah di peroleh di rumah.
6.   Bermain merupakan cara yang paling baik untuk mengembangkan kemampuan anak.
Jadi, yang perlu di pahami dan menjadi titik tekan dalam prinsip penyelenggaraan pendidikan anak usia dini adalah bagaimana menciptakan belajar sambil bermain atau sebaliknya, bermain sambil belajar. Dalam artian belajar di buat yang menyenangkan sehingga anak-anak tidak melupakan hak-haknya sebagai seorang anak, yaitu bermain dan bersenang-senang. Ada yang berpendapat bahwa masa bermain bagi anak-anak menandai dimulainya perkembangan inisiatif .imajinatif, komunikasi, dan  dorongan untuk mngetahui lingkungannya. Cara yang tepat untuk mendidik anak adalah denagn mengajar atau memberi instruksi verbal.
2.3     Tahap Perkembangan Anak Usia Dini
            Tahapan itu sendiri adalah suatu fase  pembabakan rentang perjalanan kehidupan individu yang diwarnai ciri-ciri khusus atau pola-pola tingkah laku tertentu. Sedangkan perkembangan merupakan suatu perubahan, dan perubahan ini tidak bersifat kuantitatif, melainkan kualitatif. Perkembangan tidak ditekankan pada segi materil, melainkan dari segi fungsional. Jadi dapat disimpulkan bahwa perkembangan merupakan suatu perubahan yang tidak bisa dilihat dari segi materil melainkan dapat dilihat dari segi fungsional perkembangan itu sendiri.
            Didalam perkembangan terjadi suatu fase yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya, sehingga semakin lama maka akan semakin sempurna. Tahapan-tahapan anak usia dini dibagi menjadi tiga golongan, yaitu berdasarkan analisis biologis, didaktis dan psikologis.
1.   Tahap Perkembangan Periodisasi Biologis
Dalam tahapan perkembangan anak tokoh yang sudah sangat kita kenal yaitu, Aristotiles seorang filsuf tetapi juga mampu dalam memahami tahapan-tahapan perkembangan secara memadai dengan memfokuskan terhadap perkembangan anak sejak lahir hingga umur 20 tahun.
Perubahan periode dari yang satu ke yang lain, mempunyai suatu batasan-batasan. Dimana batasan-batasan tersebut ditandai dengan perubahan jasmani. Adapun perubahan jasmani yang dimaksud yaitu, terjadinya pertukaran gigi pada umur tujuh tahun, dan tumbuhnya tanda-tanda pubertas. Atas dasar itu pembagian dilakukan sebagai berikut:
a.    Periode 1: dari 0,0-7,0 tahun (periode anak kecil).
b.   Periode 11: dari 7,0-14,0 tahun (periode sekolah).
c.    Periode 111: dari 14,0-21,0 tahun (periode pubertas).
Ahli lain yang juga membicarakan tentang tahapan perkembangan dalam tahapan biologis adalah Elizabeth B. Hurlock dalam karyanya, Personality Development yang ditulis pada tahun 1898. Adapun pentahapan perkembangannya dibagi menjadi lima tahap, yaitu:
a.    Tahap I: fase prenatal (sebelum lahir), terhitung mulai masa konsepsi sampai proses kelahiran, yaitu sampai sekitar sembilan bulan.
b.   Tahap II: infancy (bayi baru lahir), terhitung sejak lahir sampai usia 10 atau 14 hari.
c.    Tahap III: babyhood (bayi), mulai dari 14 hari sampai 2 tahun.
d.   Tahap IV: childhood (kanak-kanak), mulai dari 2 tahun sampai masa remaja (puber).
e.    Tahap V: adolesence/puberty, mulai usia 11 atau 13 tahun sampai 21 tahun.
Pada tahap ini adolesence ini dibagi menjadi tiga golongan, yaitu:  a) pre-adolescence, pada umumnya wanita usia 11-13 tahun, sedangkan pria lebih lambat dari itu, b) early adolescence, pada usia 16-17 tahun, dan c) late adolescance, masa perkembangan yang terakhir.
2.   Tahap perkembangan periodisasi didaktis
Para ahli memberikan penahapan perkembangan berdasarkan didaktis atau intruksional ini adalah Comenius dan JJ. Rousseau. Menurut Comenius yang dibagi menjadi empat jenjang, yaitu:
a.    Sekolah ibu, untuk anak-anak usia 0-6 tahun.
b.   Sekolah bahasa ibu, untuk anak-anak usia 6-12 tahun.
c.    Sekolah latin, untuk remaja usia 12-18 tahun.
d.   Akademi, untuk pemuda-pemudi usia 18-24 tahun.
Adapun tahap perkembangan menurut Rosseau, dibagi menjadi empat:
a.    Tahap I: mulai dari 0-2 tahun, disebut usia asuhan.
b.   Tahap II: mulai dari 2-12 tahun, disebut masa pendidikan dan latihan pancaindra.
c.    Tahap III: mulai dari 12-15 tahun, disebut masa pendidikan nakal.
d.   Tahap IV: mulai dari 15-20, disebut sebagai periode watak dan pendidikan agama.
3.   Tahap perkembangan periodisasi psikologis
Beberapa para ahli menggunakan aspek psikologis untuk digunakan sebagai suatu landasan dalam menganalisis tahap perkembangan anak. Dalam hal ini para ahli sepakat bahwa dari perubahan suatu fase kesuatu fase yang lain terdapat suatu proses evolusi menuju menjadi revolusi.
Adapun perkembangan individu dalam periodisasi psikologi dibagi menjadi empat:
a.    Sejak lahir sampai masa kegoncangan pertama (tahun ke-3 atau 4 yang biasa disebut masa kanak-kanak.
b.   Sejak masa kegoncangan pertama sampai masa kegoncangan kedua yang disebut masa keserasian bersekolah.
c.    Sejak masa kegoncangan kedua sampai akhir masa remaja yang biasa disebut masa kematangan.

2.4    Kebutuhan Anak Usia Dini
Untuk membentuk generasi terbaik, kebutuhan anak usia dini harus terpenuhi. Tentu saja ada banyak faktor yang akan sangat mempengaruhi dalam perjalanan mereka menuju kedewasaan, tetapi apa yang mereka dapat dan apa yang diajarkan pada mereka pada usia dini akan tetap membekas dan bahkan memiliki pengaruh yang dominan dalam menentukan setiap pilihan dan langkah hidup mereka. Ada tiga kebutuhan mendasar bagi seorang anak pada usia dininya, yaitu :
1. Nutrisi
a. Nutrisi saat hamil
Sejak seorang ibu mengetahui dirinya hamil, dia harus memotivasi dirinya untuk memberikan gizi terbaik pada janinnya. Dengan makan makanan bergizi tinggi dan menghindari hal-hal yang dapat merugikan perkembangan janinnya.
b. ASI ekslusif
Di awal kehidupan bayi Pemberian ASI ekslusif adalah tonggak pertama untuk membentuk generasi yang sehat dan cerdas. Sangat disarankan untuk tidak memberikan makanan atau minuman selain ASI (termasuk susu formula), karena bayi hanya mebutuhkan ASI di masa 6 bulan pertama kehidupannya.
c. Makanan Pendamping ASI yang tepat
Pengenalan makanan semi padat pertama pada anak bisa dimulai setelah anak berusia 6 bulan. Sebaiknya mulai dikenalkan makanan yang mengandung karbohidrat yang dihaluskan dan dicampur dengan ASI.
d.   Pemberian gizi yang seimbang pada anak
Pada masa balita, seorang anak sudah makan makanan keluarga yang dikenalkan sejak usia 1 thn. Gizi seimbang harus diperhatikan dan kalo bisa hindarkan dari pemakaian penyedap rasa.
2. Stimulasi
Stimulasi sangat penting untuk tumbuh kembangnya anak. Stimulasi bisa dimulai sejak anak dalam kandungan dengan memperdengarkan hal- hal yang positif, membacakan buku, menceritakan kejadian sehari-hari pada janin. Menginjak kelahirannya, permainan secara fisik dapat menstimulasi bayi, baik menstimulasi pendengaran dengan mengajaknya membaca buku, bernyanyi, bunyi- bunyian. Menstimulasi penglihatan dengan memperlihatkan warna-warna cerah. Termasuk bermain, bermain adalah hak anak untuk lebih meningkatkan kecerdasannya. Dengan bermain, banyak hal yang bisa dicapai pada anak usia dini, dan jangan pernah menganggap bermain adalah hal yang tidak penting.
3. Kasih Sayang
Kasih sayang adalah hal sangat mutlak yang harus diberikan pada anak. Otak anak memiliki 100 milyar sel, dengan kasih sayang dan stimulasi yang tepat sel- sel tersebut akan saling bersambungan.
Menurut Abraham Maslow, manusia memiliki lima tingkat kebutuhan hidup yang akan selalu berusaha untuk dipenuhi sepanjang masa hidupnya. Lima tingkatan yang dapat membedakan setiap manusia dari sisi kesahteraan hidupnya, teori yang telah resmi diakui dalam dunia psikologi.
Kebutuhan tersebut berjenjang dari yang paling mendesak hingga yang akan muncul dengan sendirinya saat kebutuhan sebelumnya telah dipenuhi. Setiap orang pasti akan melalui tingkatan-tingkatan itu, dan dengan serius berusaha untuk memenuhinya, namun hanya sedikit yang mampu mencapai tingkatan tertinggi dari piramida ini.
            Lima dasar menurut teori Maslow  adalah sebagai berikut (disusun dari yang paling rendah):
1.   Kebutuhan Fisiologis
Contohnya adalah: sandang, pakaian, pangan, papan, makanan, rumah, dan kebutuhan biologis seperti buang air besar, buang air kecil, bernafas, dan lain sebagainya.
2.   Kebutuhan Keamanan dan Keselamatan
Contohnya seperti: bebas dari penjajahan, bebas dari ancaman, bebas dari rasa sakit, bebas dari teror,  dan semacamnya.
3.   Kebutuhan Sosial
Misalnya: memiliki teman, memiliki keluarga, kebutuhan cinta dari lawan jenis, dan lain-lain.
4.   Kebutuhan Penghargaan
Dalam kategori ini dibagi menjadi dua jenis, eksternal dan internal.
-sub kategori eksternal meliputi: pujian, piagam, tanda jasa, hadiah, dan lain-lain.
-sedangkan sub kategori internal sudah lebih tinggi dari eksternal, pribadi tingkat ini tidak memerlukan pujian atau penghargaan dari orang lain untuk merasakan kepuasan dalam hidupnya.
5. Kebutuhan Aktualisasi Diri
2.5 Problematika Pendidikan Anak Usia Dini
2.6 Metode Belajar Anak Usia Dini
Metode (method), secara harfiah berasal dari dua perkataan, yaitu meta dan hodos, meta berarti melalui dan hodos berarti jalan atau cara. Metode kemudian diartikan sebagai cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Metode diartikan sebagai cara melakukan pekerjaan dengan menggunakan fakta dan konsep-konsep secara sistematis.
Dalam pendidikan metode sangat diperlukan, sebab dapat dapat berpengaruh dalam mencapai keberhasilan pembelajaran. Dengan metode, pembelajaran akan berlangsung dengan mudah dan menyenangkan. Oleh karenanya, di setiap pembelajaran sangat dibutuhkan metode yang tepat, supaya pembelajaran tidak terkesan menjenuhkan dan membosankan. Dalam konteks ini seorang pendidik harus dapat memilah metode yang tepat dan baik untuk digunakan dalam proses belajar-mengajar. Lebih-lebih untuk pembelajaran anak usia dini, metode harus betul-betul menarik dan menyenangkan bagi peserta didik.
Terkait pendidikan anak usia dini, ada beberapa metode yang dapat diterapkan dan digunakan dalam proses pembelajaran. Metode-metode ini sudah disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik anak usia dini. Adapun metode-metode yang dimaksud antara lain:
A.  Metode Ceramah
Metode ceramah merupakan suatu metode pembelajaran yang dilakukan dengan penuturan secara lisan oleh furu/pendidik dalam menyampaikan materi terhadap peserta didik. Untuk pendidikan anak usia dini, metode ini memang kurang menarik, namun tidak ada salahnya bila sesekali metode ini digunakan.
Dalam pendidikan anak usia dini, metode ceramah sangat cocok digunakan untuk menyampaikan penjelasan-penjelasan mengenai aturan permainan yang akan dipakai. Selain itu, juga untuk menarik kesimpulan mengenai apa yang telah didapatkan dalam proses bermain. Melalui penjelasan dari guru atau pendidik, seorang anak akan lebih mudah dalam memahami materi yang diajarkan.
Kelebihan metode ceramah adalah sebagai berikut :
1.   Tidak banyak menggunkan waktu dan tenaga karena siswa mendengarkan guru secara bersama-sama.
2.   Suasana kelas berjalan dengan tenang karena siswa melakukan aktivitas yang sama.
3.   Melatih siswa untuk tajam pendengarannya dan menyimpulkan isi ceramah dengan baik dan benar.
Sedangkan kelemahan metode ceramah adalah sebagai berikut:
1.   Guru lebih cenderung menjadi pusat pembelajaran sehingga siswa menjadi pasif dan kurang memberi kesempatan siswa untuk mengemukakan pendapat sendiri.
2.   Siswa dipaksa mengikuti jalan pikiran guru, meski dimungkinkan adanya pembentukan konsep yang berbeda dari siswa.
3.   Terjadinya verbalisme (ketidakjelasan).

B.  Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab ialah metode yang dimaksudkan untuk menanyakan sejauh mana siswa telah mengetahui materi yang telah diberikan, serta mengetahui tingkat-tingkat proses pemikiran siswa. Pada pembelajaran anak usia dini, tanya jawab disesuaikan dengan usia atau perkembangan mereka. Artinya, tanya jawab dilakukan secara jelas dan sederhana, yang sekiranya siswa dapat mengerti pertanyaan yang diberikan sehingga bisa menjawabnya meskipun masih sangat terbatas.
Supaya pembelajaran dapat berjalan secara efektif, sebaiknya metode ini tidak digunakan secara terus-menerus selama proses pembelajaran. Yang baik ialah dipakai pada saat kegiatan awal dan akhir pembelajaran. Kegiatan awal dimaksudkan untuk menguji kemampuan anak sebelum pembelajaran, sedangkan kegiatan akhir ialah untuk menguji pemahaman anak terhadap materi yang telah diajarkan. Oleh karenanya, metode ini harus pula diselaraskan dengan metode-metode pembelajaran yang lainnya sehingga dapat mendukung proses pembelajaran yang dilakukan.
Beberapa kelebihan dari metode tanya jawab diantaranya, situasi kelas akan menjadi lebih hidup sebab guru melatih peserta didik untuk berpikir. Dapat melatih siswa untuk mengemukakan pendaatya, dan menghargai pendapat orang lain. Metode tanya jawab erupakan cara yang lebih mudah untuk mengetahui tingkat pemahaman peserta didik terkait materi yang telah disampaikan.
Adapun kelemahannya, yaitu terkadang pertanyaan-pertanyaan yang diberikan menyimpang dari pokok pembahasan dan waktu yang dibutuhkan juga sangat lama karena harus dipersiapkan dahulu. Materi pembelajaran yang ditentukan terkadang tidak dapat terselesaikan dengan tepat sesuai yang telah direncanakan, pertanyaan pun sering kali berubah-ubah. Akibatnya peserta didik tidak dapat menguasai pertanyaan-pertanyaan yang diajukan karena belum dapatmemahami materi dengan maksimal.
C.  Metode Pembiasaan
Metode pembiasaan merupakan metode pembelajaran yang membiasakan suatu aktivitas kepada seorang anak atau peserta didik. Adanya metode ini dilatarbelakangi dan dipengaruhi oleh munculnya teori behaviorisme. Dalam konteks ini, seorang anak dibiasakan melakukan perbuatan-perbuatan yang positif (baik) sehingga akan tercermin dalam kehidupan sehari-hari.
Pembiasaan artinya melakukan sesuatu secara berulang-ilang. Artinya apa yang dilakukan anak dalam pembelajaran diulang terus-menerus sampai ia betul-betul memahaminya dan daat tertanam didalam hatinya. Untuk anak usia dini, metode ini sangat baik digunakan karena anak masih suka menerima dan ia belum banyak pengaruh dari luar. Ketika dari kecil seseorang dibiasakan untuk berbuat baik, niscaya akan tertanam kebaikan pula di dalam dirinya. Demikian pula sebaliknya. Oleh karenanya, dalam hal ini seorang pendidik harus memberikan kebiasaan-kebiasaan baik kepada peserta didik supaya anak mempunyai kepribadian baik di kemudian hari (dewasa).
Kelebihan-kelebihan metode pembiasaan pada anak usia dini, yaitu menghemat tenaga dan waktu. Sebab terkait dengan aspek batiniah dan lahiriah, dan merupakan metode yang dianggap paling berhasil dalam pembentukan kepribadian peserta didik. Adapun kekurangannya antara lain sebagai berikut:
1.   Untuk awal-awal pembiasaan anak akan merasa bosan melakukannya.
2.   Bila suatu kebiasaan sudah tertanam pada diri anak, sulit untuk dihilangkan.
3.   Membutuhkan guru yang dapat dijadikan teladan dan mempunyai kepribadian yang baik di mata anak.
4.   Membutuhkan waktu bertahap untuk dapat menanamkan sutu kebiasaan anak.
D.  Metode Keteladanan
Metode keteladana merupakan metode pembelajaran yang didasarkan pada contoh tingkah laku yang ditunjukkan oleh orang tua maupun pendidik. Dengan kata lain, keteladanan (contoh) yang baik kepada peserta didik. Dalam konteks pendidikan anak usia dini, metode keteladanan harus dapat ditunjukkan dan dilakukan oleh setiap pendidik. Sebab, salh satu karakteristik dan keunikan anak usia dini ialah suka meniru. Apa yang dilihatnya ia akan melakukannya. Oleh karena itu, ketika seorang pendidik menunjukkan sikap-sikap yang baik dalam kesehariannya, khususnya dalam proses pembelajaran, baik perbuatan maupun ucapan, pasti secara otomatis akan diamati dan diikuti oleh peserta didik. Maka dari itu, sejak dari awal seorang pendidik lebih-lebih untuk pendidikan anak usia dini harus betul-betul memiliki budi pekerti yang baik sehingga dapat menjadi uswatun hasanah (suri teladan) bagi anak-anak didiknya.
Demikian mengapa pentingnya metode keteladanan dalam pendidikan anak usia dini. Selain anak suka meniru, juga untuk memberikan gambaran-gambaran positif pada diri anak sehingga nantinya ia akan memiliki kepribadian yang lebih baik dalam kehidupannya.
Kelebihan metode keteladanan dalam pembelajaran, yaitu peserta didik lebih mudah menerapka ilmu yang dipelajari di sekolah, guru lebih mudah mengevaluasi pembelajaran anak, tujuan pendidikan lebih terarah dan tercapai dengan baik, serta mendorong guru untuk selalu berbuat baik, karena sadar ia menjadi teladan peserta didiknya. Sedangkan untuk kelemahannya ialah bila akhlak guru jelek, peserta didik akan meneladani kejelekannya.
E.   Metode Bermain
Metode bermain adalah metode yang menerapkan permainan atau mainan tertentu sebagai wahana pembelajaran siswa. Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkannya, tanpa pertimbangan hasil akhir. Piaget menjelaskan bahwa bermain terdiri atas tanggapan yang diulang sekedar untuk kesenangan fungsional. Sedangkan menurut Bettelheim, kegiatan bermain adalah krgiatan yang tidak mempunyai peraturan lain kecuali yang ditetapkan pemain sendiri dan tidak ada hasil akhir.
Bermain adalah salah satu kesukaan mayoritas anak usia dini. Secara normal tidak ada seorang anak pun yang tidak suka bermain. Oleh karenanya, metode bermain sangat cocok bila diterapkan pada pembelajaran anak usia dini. Bermain dikategorikan menjadi dua jenis sebagai berikut.
1.   Bermain aktif
Dari bermain aktif kesenangan timbul dari apa yang dilakukan individu, apakah dalam bentuk kesenangan berlari atau membuat sesuatu dengan lilin atau cat.
2.   Bermain pasif
Kesenangan diperoleh dari kegiatan orang lain. Pemain menghabiskan sedikit energi. Anak-anak menikmati temannya bermain, memandang orang atau hewan di televisi, menonton adegan lucu dan mendengarkan cerita adalah bermain tanpa mengeluarkan tenaga, tetapi kesenangannya hampir seimbang dengan anak yang menghabiskan tenagannya di tempat olahraga atau tempat bermain.
Menurut pernyataan diatas yang baik dilakukan ialah bermain aktif. Metode bermain yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran tidak hanya disukai oleh anak-anak usia dini, tetapi juga sangat bermanfaat bagi perkembangan anak. Berikut adalah beberapa manfaat metode bermain untuk anak usia dini.
1.   Manfaat motorik: Berhubungan dengan nilai-nilai positif mainan yang terjadi pada fisik jasmaniah anak. Misalnya, unsur-unsur kesehatan, keterampilan, ketangkasan, maupun kemampuan fisik tertentu.
2.   Manfaat afeksi: Berhubungan dengan perkembangan psikologis anak. Misalnya, naluri/insting, perasaan, emosi, sifat, karakter, watak, maupun kepribadian anak.
3.   Manfaat kognitif: perkembangan kecerdasan anak yang meliputi kemampuan imajinatif, pembentukan nalar, logika, pengetahuan-pengetahuan sistematis.
4.   Manfaat spiritual: dasar pembentukan nilai-nilai kesucian maupun keluhuran akhlak.
5.   Manfaat keseimbangan: melatih dan mengembangkan panduan antara nilai-nilai positif dan negatif dari suatu mainan.
F.   Metode Bercerita
Metode cerita ialah metode yang mengisahkan suatu peristiwa atau kejadian kepada peserta didik. Kejadian tersebut disampaikan melalui tutur kata, ungkapan, dan mimik wajah yang unik. Pendapat lain menyebutkan metode cerita merupakan metode pembelajaran yang menggunakan teknik guru bercerita tentang suatu lagenda, dongen, mitos, atau suatu kisah yang didalamnya diselipkan pesan-pesan moral atau intelektual tertentu.
Dalam pendidikan anak usia dini, cerita sangat diperlukan dan banyak membantu peserta didik dalam memahami materi. Hal ini disebabkan sebagian besar anak-anak menyukai cerita, kisah atau dongen. Cerita adalah salah satu cara menarik perhatian anak, misalnya cerita Si Kancil didalam cerita tersebut mempunyai pesan moral yang nantinya akan disampaikan oleh seorang guru.
Begitu pentingnya cerita bagi anak usia dini, tidak salah bila metode bercerita ini sebisa mungkin diaplikasikan dalam pembelajaran. Selain untuk memudahkan anak dalam memahami materi yang diberikan juga juga untuk memberikan daya imajinatif, fantasi serta menambah wawasannya terhadap nilai-nilai kebaikan. Manfaat-manfaat cerita bagi anak usia dini adalah sebagai berikut:
1.   Membangun kontak batin antara anak dengan orang tua maupun gurunya.
2.   Media penyampaian pesan terhadap anak.
3.   Dapat melatif emosi atau perasaan anak.
4.   Membantu proses identifikasi diri (perubahan).

G.  Metode Bernyanyi
Metode bernyanyi merupakan metode pembelajaran yang menggunakan syair-syair yang dilagukan. Biasanya syair-syair tersebut disesuaikan dengan materi-materi yang diajarkan. Menurut pendapat ahli, bernyanyi membuat suasana belajar menjadi riang sehingga perkembangan anak dapat distimulasi secara lebih optimal. Sebab pada prinsipnyatugas lembaga PAUD adalah untuk mengembangkan seluruh aspek dalam diri peserta didik, meliputi fisik-motorik, sosial, emosional, intelektual, bahasa dan seni, serta moral dan agama.
Menurut Syamsuri Jri, sebagaimana dikutip oleh Setyoadi menyebutkan bahwa diantara manfaat penggunaan lagu (menyanyi) dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:
1.   Sarana relaksasi dengan menetralisasi denyut jantung dan gelombang otak.
2.   Menumbuhkan minat dan menguatkan daya tarik pembelajaran.
3.   Menciptakan proses pembelajaran lebih humanis dan menyenangkan.
4.   Sebagai jembatan dalam mengingat materi pembelajaran.
5.   Membangun retensi dan menyentuh emosi dan rasa estetika.
6.   Proses internalisasi nilai yang terdapat pada materi pembelajaran.
H.  Metode Wisata Alam
Metode wisata alam disebut juga dengan metode karyawisata, yaitu suatu metode pembelajaran yang mengajak peserta didik ke suatu tempat tertentu untuk mempelajari sesuatu yang berkaitan dengan materi yang diajarkan. Dalam hal ini peserta didik dapat diajak ke kebun binatang, pantai, museum, atau situs-situs budaya tertentu dalam rangka mengenal lebih dekat tentang objek tersebut.
Metode wisata alam sangat baik digunakan berkaitan dengan materi-materi yang melibatkan anak secara langsung dan bersifat dunia nyata dalam lingkungannya. Hal ini dimaksudkan supaya anak dapat mengenal dan mengetahui secara lebih jelas dan detail terkait apa yang diajarkan melalui proses observasi yang dilakukannya tersebut. Adapun kelebihan dari metode wisata alam antara lain sebagai berikut:
1.   Peserta didik dapat menyaksikan langsung kegiatan yang dilakukan.
2.   Peserta didik dapat mengaplikasikan teori yang dipelajari.
3.   Peserta didik mendapatkan pengalaman langsung dari objeknya.
Sedangkan untuk kelemahan-kelemahannya antara lain sebagai berikut.
1.   Metode ini tidak dapat dilakukan setiap saat dan mebutuhkan biaya mahal.
2.   Waktu yang digunakan sangat lama.
3.   Tidak semua materi diajarkan dengan metode ini.
I.     Metode Pemecahan Masalah
Metode pemecahan masalah (problem solving) ialah memperlakukan pembelajaran terhadap anak dengan memberikan suatu persoalan tertentu, kemudian anak diperintahkan memecahkan atau mencari solusinya. Untuk tingkat anak usia dini, masalah yang diberikan masih bersifat sederhana, seperti melengkapi puzzle yang kurang atau menyusun balok-balok sesuai dengan warna yang diinginkan.
Dalam pembelajaran metode problem solving memiliki kelebihan diantaranya dapat menumbuhkan daya kreativitas anak dan melatih anak untuk berpikir dalam menyelesaikan masalah. Adapun kelemahannya adalah terkadang anak belum memahami permasalahan yang akan dipecahkan, serta membutuhkan waktu yang lama untuk menyelesaikannya terutama untuk masalah-masalah yang dirasa sulit bagi anak.
J.    Metode Simulasi
Metode simulasi merupakan metode pembelajaran yang dilakukan dengan menirukan suatu perbuatan atau kegiatan tertentu. Peniruan tersebut hanyalah bersifat pura-pura, namun dapat memperjelas materi pelajaran yang bersangkutan. Sebagian pendapat menyebut metode ini dengan istilah bermain peran.
Metode stimulasi berupaya untuk melatih siswa untuk memerankan sikap atau perilaku seseorang ataupun yang lainnya. diantara manfaat metode stimulasi (bermain peran) bagi anak ialah dapat menggali perasaannya, memperoleh inspirasi, dan pemahaman yang berpengaruh terhadap sikap, nilai, persepsinya, dan untuk mengembangkan keterampilang dan sikap dan sikap dalam memecahkan masalah.
Kelebihan metode stimulasi, yaitu dapat menyenangkan peserta didik bila yang diperankan sesuai dengan karakternya dan terjadi interaksi antarsiswa yang dapat menimbulkan suasana keakraban. Sedangkan kelemahannya ialah banyak membutuhkan waktu dan terkesan belajar hanya dibuat permainan (tidak serius).

Dari berbagai metode pembelajaran diatas, semuanya dapat diterapkan pada pendidikan anak usia dini. Hanya saja dalam penerapannya harus disesuaikan dengan materi pembelajaran yang akan diberikan. Kemudian yang perlu untuk diperhatikan, yaitu antara metode yang satu dengan metode lain saling berkaitan. Oleh karenanya, perlu dipahami bahwa tidak ada satu pun metode pembelajaran yang sempurna.. untuk dapat memaksimalkan metode yang ada dibutuhkan kreativitas seorang pendidik dalam mengaplikasikan pada kegiatan pembelajaran.



BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
UU No 20 tahun 2003 juga menyebutkan bahwa pendidikan anak usia dini ialah suatu upaya pembinaan yang di tujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang di lakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesepian dalam memasuki pendidikan labih lanjut. Pendidikan anak usia dini harus ditangani oleh pendidik yang kompeten dalam mengajar. Sebelum melakukan proses pembelajaran guru harus memahami karakteristik anak usia dini yang jauh berbeda dengan karakter mereka. Pemilihan metode dalam pembelajaran juga harus disesuaikan dengan karakter anak agar terjadi suatu proses pembelajaran yang baik.
3.2 Saran
            Karena anak usia dini memiliki karakter yang berbeda dengan orang dewasa, maka dari itu baik pendidik maupun orang tua harus memahami bagaimana menerapkan metode yang cocok bagi anak. Desain pendidikan sangat diperlukan oleh guru dalam memahami proses pembelajaran anak usia dini.
DAFTAR PUSTAKA
Fadillah, Muhammad. 2012. Desain Pembelajaran PAUD. Jakarta: Ar-Ruzz Media.
Lilif Mualifatul Khorida, Muhammad Fadillah. 2013. Pendidikan Karakter Anak Usia Dini. Jakarta: Ar-Ruzz Media.
Mulyasa. 2012. Manajemen PAUD. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Susanto, Ahmad. 2011. Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar