BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Pendidikan
anak usia dini sekarang telah bermunculan di masyarakat, baik dalam bentuk
formal maupun nonformal. Pemerintahan sendiri melalui Kementrian Pendidikan
Nasional mengupayakan untuk menggalakkan pendidikan anak usia dini di berbagai
daerah. Terobosan pemerintah ini adalah dalam rangka untuk memberikan perhatian
yang lebih pada anak usia dini. Sebab, dari sinilah nantinya akan muncul
generasi-generasi penerus yang akan memajukan bangsa dan negara tercinta ini.
Selain
itu, alasan yang paling pokok ialah anak usia dini merupakan masa yang
cemerlang untuk dilakukan dan diberikan pendidikan. banyak ahli menyebutkan
masa tersebut sebagai golden age,
yaitu masa-masa keemasan yang dimiliki oleh seorang anak. Pada masa ini 100
miliar otak anak akan berkembang dengan
begitu pesat dengan menghasilkan bertriliun-triliun sambungan antarneuron.
Oleh
karena itu untuk mewujudkan pendidikan anak usia dini yang baik harus didukung
dengan adanya sumber daya manusia yang memadai. Yaitu bagaimana seorang guru
bisa mengajar dengan penuh kegembiraan dan keceriaan di hadapan peserta didik,
serta dapat mengelola pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan.
Dengan sumber daya manusia yang baik, kegiatan pembelajaran akan berlangsung dengan
mengasyikkan dan menyenangkan sehingga peserta didik tidak akan merasa jenuh
dan bosan dalam mengikuti pembelajaran.
1.2
Rumusan
Masalah
1. Apa
dasar pendidikan anak usia dini?
2. Bagaimana
prinsip dasar anak usia dini?
3. Bagaimana
tahap perkembangan anak usia dini?
4. Bagaimana
kebutuhan anak usia dini?
5. Bagaimana
problematika pendidikan anak usia dini?
6. Apa
saja metode belajar anak usia dini?
1.3 Tujuan
1. Untuk
mengetahui dasar pendidikan anak usia dini.
2. Untuk
mengetahui prinsip dasar anak usia dini.
3. Untuk
mengetahui tahap perkembangan anak usia dini.
4. Untuk
mengetahui apa saja kebutuhan anak usia dini.
5. Untuk
mengetahui problematika anak usia dini.
6. Untuk
mengetahui apa saja metode belajar anak usia dini.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Dasar
Pendidikan Anak Usia Dini
Dalam Undang-Undang
No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, disebutkan bahwa
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang di perlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara. UU No 20 tahun 2003 juga menyebutkan bahwa
pendidikan anak usia dini ialah suatu upaya pembinaan yang di tujukan kepada
anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang di lakukan melalui pemberian
rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan
rohani agar anak memiliki kesepian dalam memasuki pendidikan labih lanjut.
Secara sederhana pendidikan anak
usia dini dapat di definisikan sebagai pendidikan yang di berikan kepada anak
yang berada pada usia 0-6 atau 8 tahun. Menurut pakar pendidikan, pendidikan
anak usia dini ialah suatu proses pembinaan tumbuh kembang anak usia lahir
hingga enam tahun secara menyeluruh, yang mencakup aspek fisik, tumbuh dan
nonfisik , dengan memberikan rangsangan bagi perkembangan jasmani, rohani
(moral dan spiritual), motorik, akal pikir, emosional, dan sosial yang tepat
agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.
Dasar atau landasan merupakan tempat berpijak dimulainya
suatu perbuatan. Dalam pendidikan anak usia dini memiliki dasar atau landasan
yang menjadi alasan mengapa pendidikan anak usia dini itu penting supaya
pendidikan anak usia dini dapat dilaksanakan dan dapat terarah dengan baik.
Berikut landasan pedidikan anak usia dini:
1. Landasan
yuridis
Landasan
yuridis adalah landasan hukum yang dijadikan pijakan dalam penyelenggaraan
pendidikan anak usia dini. Hukum di sini
dapat berupa undang-undang maupun peraturan-peraturan pemerintah
lainnya. Dalam konteks ini landasan yuridis diatur dalam UU No. 23 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional yang telah dijelaskan diatas. Kemudian permendiknas No. 58
tahun 2009
2. Landasan
Filosofis
Landasan
filosofis ialah landasan yang berkaitan dengan pendidikan anak usia dini. Dalam
artian, berbicara mengenai maksud dan tujuan diselenggarakannya pendidikan
untuk anak usia dini. Materinya seperti apa dan bentuk pembelajarannya
bagaimana, semua dapat diketahui dengan memahami hakikat anak dan pendidikan
anak itu sendiri. Sedangkan hakikat pendidikan anak usia dini itu adalah
memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh atau
menekankan pada pengembangan seluruh aspek kepribadian anak.
3. Landasan
Psikologis
Landasan
psikologis adalah landasan yang berpandangan bahwa anak usia dini memiliki
berbagai keunikan atau karakteristik yang khas. Keunikan-keunikan inilah yang
semestinya diperhatikan dalam pendidikan anak usia dini, sebagai upaya
membentuk, mengarahkan, dan mengembangkan segala potensi yang menjadi keunikan
masing-masing abak.
4. Landasan
Sosiologis
Salah satu upaya
pendidikan anak usia dini adalah untuk mempersiapkan anak-anak untuk dapat
menghadapi pendidikan lebih lanjut. Selain itu untuk menjalin hubungan dengan
orangtua, masyarakat, teman, keluarga
dan masyarakt yang lebih luas. Semua dapat diperoleh sejak kecil.
5. Landasan
Keilmuan
Landasan
keilmuan ini dimaksudkan sebagai suatu landasan yang mendasari pentingnya pendidikan
anak usia dini didasarkan pada penemuan para ahli tentang pertumbuhan dan
perkembangan anak.
6. Landasan
Empiris
Landasan empiris
didasarkan pada kenyataan yang ada di masyarakat bahwa banyak anak usia dini
yang belum terlayani dengan baik dalam hal pendidikan.
2.2
Prinsip
Pembelajaran Anak Usia Dini
Dalam
menyelenggarakan pendidikan anak usia dini, seorang hendaknya memperhatikan
beberapa prinsip pendidikan, prinsip-prinsip ini bertujuan untuk memberikan
pemahaman tentang bagaimana memperlakukan dan melaksanakan pendidikan terhadap
anak.
Menurut
permendiknas No. 58 tahun 2009 dijelaskan bahwa penyelenggaraan pendidikan anak
usia dini di indonesia terbagi menjadi dua kelompok, yaitu formal dan
norformal. Semua bentuk pendidikan anak usia dini baik bentuk formal atau
nonformal dalam penyelenggaraannya maupun pengelolahannya harus mengacuh pada
prinsip-prinsip pendidikan yang telah di tetapkan. Dalam UU No. 20 tahun 2003
pasal 14 dinyatakan bahwa ada beberapa prinsip dalam penyelenggaraannya sebagai
berikut :
1. Pendidikan
di selenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif
dengan menjunjung tinngih hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural,
dan kemajemukan bangsa.
2. Pendidikan
diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistematik dengan sistem terbuka dan
multimakna.
3. Pendidikan
di selenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta
didik yang berlangsung sepanjang hayat.
4. Pendidikan
di selenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan
mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran.
5. Pendidikan
di selenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan berhitung
bagi segenap warga masyarakat.
6. Pendidikan
di selenggarakan dengan memperdayakan semua komponen masyarakat melalui peran
serta dalam penyelenggaraan dan pengadilan mutu layanan pendidik.
Prinsip-prinsip
di atas berlaku untuk semua jenjang pendidikan termasuk di dalamnya pendidikan
anak usia dini. Hal yang membedakan ialah prinsip-prinsip tersebut disesuaikan
dengan tingkat usia dan perkembangan anak. Namun, secara umum memiliki titik
tekan yang sama, yaitu pendidikan di selenggarakan dengan memperhatikan kondisi
peserta didik guna untuk mempersiapkan hidup yang lebih baik kedepannya .
Sejalan
dengan itu, didalam konvensi hak anak disebutkan bahwa prinsip pelaksannan
pendidikan anak usia dini harus mengacu pada prinsip umum sebagi berikut.
1. Nondiskriminasi,
dimana semua anak dapat mengecap pendidikan usia dini tanpa membedakan suku
bangsa, jenis kelamin, bahasa, agama, tingkat sosial, serta kebutuhan khusus
setiap anak.
2. Dilakukan
demi kebaikan terbaik untuk anak (respect for the views of the child),
bentuk pengajaran, kurikulum yang diberikan harus sesuai dengan tinglat
perkembangan anak.
3. Mengakui
adanya hak hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangan yang sudah melekat pada
anak.
4. Penghargaan
terhadap pendapat anak (respect for the views of the child), terutama
yang menyangkut kehidupan anak perlu mendapat perhatian dan tanggapan.
Selain
prinsip-prinsip umum diatas, ada pendapat lain yang menyebutkan secara khusus
mengenai prinsip penyelenggaraan pendidikan anak usia dini, terutama untuk
taman kanak-kanak (TK). Adapun prinsip-prinsipnya adalah sebagi berikut.
1. Taman
kanak-kanak merupakan salah satu bentuk awal pendidikan sekolah. Untuk itu,
perlu menciptakan situasi pendidikan yang dapat memberikan rasa aman dan
menyenangkan.
2. Masing-masing
anak perlu memperoleh perhatian yang bersifat individual, sesuai dengan
kebutuhan anak-anak usia taman kanak-kanak.
3. Perkembangan
adalah ahasil proses kematangan dan proses belajar.
4. Sifat
kegiatan belajar di taman kanak-kanak adalah hasil pembentukan perilaku melalui
pembiasaan yang terwujud dalam kegiatan sehari-hari.
5. Sifat
kegiatan belajar di tamn kanak-kanak merupakan pengembangan kemampuan yang
telah di peroleh di rumah.
6. Bermain
merupakan cara yang paling baik untuk mengembangkan kemampuan anak.
Jadi,
yang perlu di pahami dan menjadi titik tekan dalam prinsip penyelenggaraan
pendidikan anak usia dini adalah bagaimana menciptakan belajar sambil bermain
atau sebaliknya, bermain sambil belajar. Dalam artian belajar di buat yang
menyenangkan sehingga anak-anak tidak melupakan hak-haknya sebagai seorang
anak, yaitu bermain dan bersenang-senang. Ada yang berpendapat bahwa masa
bermain bagi anak-anak menandai dimulainya perkembangan inisiatif .imajinatif,
komunikasi, dan dorongan untuk mngetahui
lingkungannya. Cara yang tepat untuk mendidik anak adalah denagn mengajar atau
memberi instruksi verbal.
2.3
Tahap Perkembangan Anak Usia Dini
Tahapan
itu sendiri adalah suatu fase pembabakan
rentang perjalanan kehidupan individu yang diwarnai ciri-ciri khusus atau
pola-pola tingkah laku tertentu. Sedangkan perkembangan merupakan suatu
perubahan, dan perubahan ini tidak bersifat kuantitatif, melainkan kualitatif.
Perkembangan tidak ditekankan pada segi materil, melainkan dari segi
fungsional. Jadi dapat disimpulkan bahwa perkembangan merupakan suatu perubahan
yang tidak bisa dilihat dari segi materil melainkan dapat dilihat dari segi
fungsional perkembangan itu sendiri.
Didalam perkembangan terjadi suatu
fase yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya, sehingga semakin
lama maka akan semakin sempurna. Tahapan-tahapan anak usia dini dibagi menjadi
tiga golongan, yaitu berdasarkan analisis biologis, didaktis dan psikologis.
1. Tahap
Perkembangan Periodisasi Biologis
Dalam
tahapan perkembangan anak tokoh yang sudah sangat kita kenal yaitu, Aristotiles
seorang filsuf tetapi juga mampu dalam memahami tahapan-tahapan perkembangan
secara memadai dengan memfokuskan terhadap perkembangan anak sejak lahir hingga
umur 20 tahun.
Perubahan
periode dari yang satu ke yang lain, mempunyai suatu batasan-batasan. Dimana
batasan-batasan tersebut ditandai dengan perubahan jasmani. Adapun perubahan
jasmani yang dimaksud yaitu, terjadinya pertukaran gigi pada umur tujuh tahun,
dan tumbuhnya tanda-tanda pubertas. Atas dasar itu pembagian dilakukan sebagai
berikut:
a. Periode
1: dari 0,0-7,0 tahun (periode anak kecil).
b. Periode
11: dari 7,0-14,0 tahun (periode sekolah).
c. Periode
111: dari 14,0-21,0 tahun (periode pubertas).
Ahli
lain yang juga membicarakan tentang tahapan perkembangan dalam tahapan biologis
adalah Elizabeth B. Hurlock dalam karyanya, Personality
Development yang ditulis pada tahun 1898. Adapun pentahapan perkembangannya
dibagi menjadi lima tahap, yaitu:
a. Tahap
I: fase prenatal (sebelum lahir),
terhitung mulai masa konsepsi sampai proses kelahiran, yaitu sampai sekitar
sembilan bulan.
b. Tahap
II: infancy (bayi baru lahir),
terhitung sejak lahir sampai usia 10 atau 14 hari.
c. Tahap
III: babyhood (bayi), mulai dari 14
hari sampai 2 tahun.
d. Tahap
IV: childhood (kanak-kanak), mulai
dari 2 tahun sampai masa remaja (puber).
e. Tahap
V: adolesence/puberty, mulai usia 11
atau 13 tahun sampai 21 tahun.
Pada
tahap ini adolesence ini dibagi
menjadi tiga golongan, yaitu: a) pre-adolescence, pada umumnya wanita
usia 11-13 tahun, sedangkan pria lebih lambat dari itu, b) early adolescence, pada usia 16-17 tahun, dan c) late adolescance, masa perkembangan yang
terakhir.
2. Tahap
perkembangan periodisasi didaktis
Para
ahli memberikan penahapan perkembangan berdasarkan didaktis atau intruksional
ini adalah Comenius dan JJ. Rousseau. Menurut Comenius yang dibagi menjadi
empat jenjang, yaitu:
a. Sekolah
ibu, untuk anak-anak usia 0-6 tahun.
b. Sekolah
bahasa ibu, untuk anak-anak usia 6-12 tahun.
c. Sekolah
latin, untuk remaja usia 12-18 tahun.
d. Akademi,
untuk pemuda-pemudi usia 18-24 tahun.
Adapun
tahap perkembangan menurut Rosseau, dibagi menjadi empat:
a. Tahap
I: mulai dari 0-2 tahun, disebut usia asuhan.
b. Tahap
II: mulai dari 2-12 tahun, disebut masa pendidikan dan latihan pancaindra.
c. Tahap
III: mulai dari 12-15 tahun, disebut masa pendidikan nakal.
d. Tahap
IV: mulai dari 15-20, disebut sebagai periode watak dan pendidikan agama.
3. Tahap
perkembangan periodisasi psikologis
Beberapa
para ahli menggunakan aspek psikologis untuk digunakan sebagai suatu landasan
dalam menganalisis tahap perkembangan anak. Dalam hal ini para ahli sepakat
bahwa dari perubahan suatu fase kesuatu fase yang lain terdapat suatu proses
evolusi menuju menjadi revolusi.
Adapun
perkembangan individu dalam periodisasi psikologi dibagi menjadi empat:
a. Sejak
lahir sampai masa kegoncangan pertama (tahun ke-3 atau 4 yang biasa disebut
masa kanak-kanak.
b. Sejak
masa kegoncangan pertama sampai masa kegoncangan kedua yang disebut masa
keserasian bersekolah.
c. Sejak
masa kegoncangan kedua sampai akhir masa remaja yang biasa disebut masa
kematangan.
2.4
Kebutuhan
Anak Usia Dini
Untuk membentuk generasi terbaik, kebutuhan anak usia
dini harus terpenuhi. Tentu saja ada banyak faktor yang akan sangat
mempengaruhi dalam perjalanan mereka menuju kedewasaan, tetapi apa yang mereka
dapat dan apa yang diajarkan pada mereka pada usia dini akan tetap membekas dan
bahkan memiliki pengaruh yang dominan dalam menentukan setiap pilihan dan
langkah hidup mereka.
Ada
tiga kebutuhan mendasar bagi seorang anak pada usia dininya, yaitu :
1. Nutrisi
a.
Nutrisi saat hamil
Sejak
seorang ibu mengetahui dirinya hamil, dia harus memotivasi dirinya untuk
memberikan gizi terbaik pada janinnya. Dengan makan makanan bergizi tinggi dan
menghindari hal-hal yang dapat merugikan perkembangan janinnya.
b. ASI ekslusif
b. ASI ekslusif
Di
awal kehidupan bayi Pemberian ASI ekslusif adalah tonggak pertama untuk
membentuk generasi yang sehat dan cerdas. Sangat disarankan untuk tidak
memberikan makanan atau minuman selain ASI (termasuk susu formula), karena bayi
hanya mebutuhkan ASI di masa 6 bulan pertama kehidupannya.
c. Makanan Pendamping ASI yang tepat
c. Makanan Pendamping ASI yang tepat
Pengenalan
makanan semi padat pertama pada anak bisa dimulai setelah anak berusia 6 bulan.
Sebaiknya mulai dikenalkan makanan yang mengandung karbohidrat yang dihaluskan
dan dicampur dengan ASI.
d.
Pemberian gizi
yang seimbang pada anak
Pada
masa balita, seorang anak sudah makan makanan keluarga yang dikenalkan sejak
usia 1 thn. Gizi seimbang harus diperhatikan dan kalo bisa hindarkan dari
pemakaian penyedap rasa.
2. Stimulasi
Stimulasi sangat penting untuk tumbuh
kembangnya anak. Stimulasi bisa dimulai sejak anak dalam kandungan dengan
memperdengarkan hal- hal yang positif, membacakan buku, menceritakan kejadian
sehari-hari pada janin. Menginjak kelahirannya, permainan secara fisik dapat
menstimulasi bayi, baik menstimulasi pendengaran dengan mengajaknya membaca
buku, bernyanyi, bunyi- bunyian. Menstimulasi penglihatan dengan memperlihatkan
warna-warna cerah. Termasuk bermain, bermain adalah hak anak untuk lebih
meningkatkan kecerdasannya. Dengan bermain, banyak hal yang bisa dicapai pada
anak usia dini, dan jangan pernah menganggap bermain adalah hal yang tidak
penting.
3. Kasih Sayang
Kasih sayang adalah hal sangat mutlak
yang harus diberikan pada anak. Otak anak memiliki 100 milyar sel, dengan kasih
sayang dan stimulasi yang tepat sel- sel tersebut akan saling bersambungan.
Menurut Abraham Maslow, manusia
memiliki lima tingkat kebutuhan hidup yang akan selalu berusaha untuk dipenuhi
sepanjang masa hidupnya. Lima tingkatan yang dapat membedakan setiap manusia
dari sisi kesahteraan hidupnya, teori yang telah resmi diakui dalam dunia
psikologi.
Kebutuhan
tersebut berjenjang dari yang paling mendesak hingga yang akan muncul dengan
sendirinya saat kebutuhan sebelumnya telah dipenuhi. Setiap orang pasti akan
melalui tingkatan-tingkatan itu, dan dengan serius berusaha untuk memenuhinya,
namun hanya sedikit yang mampu mencapai tingkatan tertinggi dari piramida ini.
Lima dasar menurut teori Maslow adalah sebagai berikut (disusun dari yang
paling rendah):
1. Kebutuhan
Fisiologis
Contohnya adalah:
sandang, pakaian, pangan, papan, makanan, rumah, dan kebutuhan biologis seperti
buang air besar, buang air kecil, bernafas, dan lain sebagainya.
2. Kebutuhan
Keamanan dan Keselamatan
Contohnya seperti:
bebas dari penjajahan, bebas dari ancaman, bebas dari rasa sakit, bebas dari
teror, dan semacamnya.
3. Kebutuhan
Sosial
Misalnya: memiliki
teman, memiliki keluarga, kebutuhan cinta dari lawan jenis, dan lain-lain.
4. Kebutuhan
Penghargaan
Dalam kategori ini dibagi menjadi dua jenis,
eksternal dan internal.
-sub kategori eksternal
meliputi: pujian, piagam, tanda jasa, hadiah, dan lain-lain.
-sedangkan sub kategori
internal sudah lebih tinggi dari eksternal, pribadi tingkat ini tidak
memerlukan pujian atau penghargaan dari orang lain untuk merasakan kepuasan
dalam hidupnya.
5. Kebutuhan Aktualisasi Diri
2.5 Problematika Pendidikan Anak
Usia Dini
2.6 Metode Belajar Anak Usia Dini
Metode (method), secara harfiah berasal dari dua
perkataan, yaitu meta dan hodos, meta berarti melalui dan hodos berarti jalan atau cara. Metode
kemudian diartikan sebagai cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai
suatu tujuan. Metode diartikan sebagai cara melakukan pekerjaan dengan
menggunakan fakta dan konsep-konsep secara sistematis.
Dalam pendidikan
metode sangat diperlukan, sebab dapat dapat berpengaruh dalam mencapai
keberhasilan pembelajaran. Dengan metode, pembelajaran akan berlangsung dengan
mudah dan menyenangkan. Oleh karenanya, di setiap pembelajaran sangat
dibutuhkan metode yang tepat, supaya pembelajaran tidak terkesan menjenuhkan
dan membosankan. Dalam konteks ini seorang pendidik harus dapat memilah metode
yang tepat dan baik untuk digunakan dalam proses belajar-mengajar. Lebih-lebih
untuk pembelajaran anak usia dini, metode harus betul-betul menarik dan
menyenangkan bagi peserta didik.
Terkait
pendidikan anak usia dini, ada beberapa metode yang dapat diterapkan dan
digunakan dalam proses pembelajaran. Metode-metode ini sudah disesuaikan dengan
kondisi dan karakteristik anak usia dini. Adapun metode-metode yang dimaksud
antara lain:
A. Metode
Ceramah
Metode
ceramah merupakan suatu metode pembelajaran yang dilakukan dengan penuturan
secara lisan oleh furu/pendidik dalam menyampaikan materi terhadap peserta
didik. Untuk pendidikan anak usia dini, metode ini memang kurang menarik, namun
tidak ada salahnya bila sesekali metode ini digunakan.
Dalam
pendidikan anak usia dini, metode ceramah sangat cocok digunakan untuk
menyampaikan penjelasan-penjelasan mengenai aturan permainan yang akan dipakai.
Selain itu, juga untuk menarik kesimpulan mengenai apa yang telah didapatkan
dalam proses bermain. Melalui penjelasan dari guru atau pendidik, seorang anak
akan lebih mudah dalam memahami materi yang diajarkan.
Kelebihan
metode ceramah adalah sebagai berikut :
1. Tidak
banyak menggunkan waktu dan tenaga karena siswa mendengarkan guru secara
bersama-sama.
2. Suasana
kelas berjalan dengan tenang karena siswa melakukan aktivitas yang sama.
3. Melatih
siswa untuk tajam pendengarannya dan menyimpulkan isi ceramah dengan baik dan
benar.
Sedangkan
kelemahan metode ceramah adalah sebagai berikut:
1. Guru
lebih cenderung menjadi pusat pembelajaran sehingga siswa menjadi pasif dan
kurang memberi kesempatan siswa untuk mengemukakan pendapat sendiri.
2. Siswa
dipaksa mengikuti jalan pikiran guru, meski dimungkinkan adanya pembentukan
konsep yang berbeda dari siswa.
3. Terjadinya
verbalisme (ketidakjelasan).
B. Metode
Tanya Jawab
Metode tanya
jawab ialah metode yang dimaksudkan untuk menanyakan sejauh mana siswa telah
mengetahui materi yang telah diberikan, serta mengetahui tingkat-tingkat proses
pemikiran siswa. Pada pembelajaran anak usia dini, tanya jawab disesuaikan
dengan usia atau perkembangan mereka. Artinya, tanya jawab dilakukan secara
jelas dan sederhana, yang sekiranya siswa dapat mengerti pertanyaan yang
diberikan sehingga bisa menjawabnya meskipun masih sangat terbatas.
Supaya
pembelajaran dapat berjalan secara efektif, sebaiknya metode ini tidak
digunakan secara terus-menerus selama proses pembelajaran. Yang baik ialah
dipakai pada saat kegiatan awal dan akhir pembelajaran. Kegiatan awal
dimaksudkan untuk menguji kemampuan anak sebelum pembelajaran, sedangkan
kegiatan akhir ialah untuk menguji pemahaman anak terhadap materi yang telah
diajarkan. Oleh karenanya, metode ini harus pula diselaraskan dengan
metode-metode pembelajaran yang lainnya sehingga dapat mendukung proses
pembelajaran yang dilakukan.
Beberapa kelebihan
dari metode tanya jawab diantaranya, situasi kelas akan menjadi lebih hidup
sebab guru melatih peserta didik untuk berpikir. Dapat melatih siswa untuk
mengemukakan pendaatya, dan menghargai pendapat orang lain. Metode tanya jawab erupakan
cara yang lebih mudah untuk mengetahui tingkat pemahaman peserta didik terkait
materi yang telah disampaikan.
Adapun
kelemahannya, yaitu terkadang pertanyaan-pertanyaan yang diberikan menyimpang dari
pokok pembahasan dan waktu yang dibutuhkan juga sangat lama karena harus
dipersiapkan dahulu. Materi pembelajaran yang ditentukan terkadang tidak dapat
terselesaikan dengan tepat sesuai yang telah direncanakan, pertanyaan pun
sering kali berubah-ubah. Akibatnya peserta didik tidak dapat menguasai
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan karena belum dapatmemahami materi dengan
maksimal.
C. Metode
Pembiasaan
Metode
pembiasaan merupakan metode pembelajaran yang membiasakan suatu aktivitas
kepada seorang anak atau peserta didik. Adanya metode ini dilatarbelakangi dan
dipengaruhi oleh munculnya teori behaviorisme. Dalam konteks ini, seorang anak
dibiasakan melakukan perbuatan-perbuatan yang positif (baik) sehingga akan
tercermin dalam kehidupan sehari-hari.
Pembiasaan
artinya melakukan sesuatu secara berulang-ilang. Artinya apa yang dilakukan
anak dalam pembelajaran diulang terus-menerus sampai ia betul-betul memahaminya
dan daat tertanam didalam hatinya. Untuk anak usia dini, metode ini sangat baik
digunakan karena anak masih suka menerima dan ia belum banyak pengaruh dari
luar. Ketika dari kecil seseorang dibiasakan untuk berbuat baik, niscaya akan
tertanam kebaikan pula di dalam dirinya. Demikian pula sebaliknya. Oleh
karenanya, dalam hal ini seorang pendidik harus memberikan kebiasaan-kebiasaan
baik kepada peserta didik supaya anak mempunyai kepribadian baik di kemudian
hari (dewasa).
Kelebihan-kelebihan
metode pembiasaan pada anak usia dini, yaitu menghemat tenaga dan waktu. Sebab
terkait dengan aspek batiniah dan lahiriah, dan merupakan metode yang dianggap
paling berhasil dalam pembentukan kepribadian peserta didik. Adapun
kekurangannya antara lain sebagai berikut:
1. Untuk
awal-awal pembiasaan anak akan merasa bosan melakukannya.
2. Bila
suatu kebiasaan sudah tertanam pada diri anak, sulit untuk dihilangkan.
3. Membutuhkan
guru yang dapat dijadikan teladan dan mempunyai kepribadian yang baik di mata
anak.
4. Membutuhkan
waktu bertahap untuk dapat menanamkan sutu kebiasaan anak.
D. Metode
Keteladanan
Metode
keteladana merupakan metode pembelajaran yang didasarkan pada contoh tingkah
laku yang ditunjukkan oleh orang tua maupun pendidik. Dengan kata lain, keteladanan
(contoh) yang baik kepada peserta didik. Dalam konteks pendidikan anak usia
dini, metode keteladanan harus dapat ditunjukkan dan dilakukan oleh setiap
pendidik. Sebab, salh satu karakteristik dan keunikan anak usia dini ialah suka
meniru. Apa yang dilihatnya ia akan melakukannya. Oleh karena itu, ketika
seorang pendidik menunjukkan sikap-sikap yang baik dalam kesehariannya,
khususnya dalam proses pembelajaran, baik perbuatan maupun ucapan, pasti secara
otomatis akan diamati dan diikuti oleh peserta didik. Maka dari itu, sejak dari
awal seorang pendidik lebih-lebih untuk pendidikan anak usia dini harus
betul-betul memiliki budi pekerti yang baik sehingga dapat menjadi uswatun hasanah (suri teladan) bagi
anak-anak didiknya.
Demikian
mengapa pentingnya metode keteladanan dalam pendidikan anak usia dini. Selain
anak suka meniru, juga untuk memberikan gambaran-gambaran positif pada diri
anak sehingga nantinya ia akan memiliki kepribadian yang lebih baik dalam
kehidupannya.
Kelebihan
metode keteladanan dalam pembelajaran, yaitu peserta didik lebih mudah
menerapka ilmu yang dipelajari di sekolah, guru lebih mudah mengevaluasi
pembelajaran anak, tujuan pendidikan lebih terarah dan tercapai dengan baik,
serta mendorong guru untuk selalu berbuat baik, karena sadar ia menjadi teladan
peserta didiknya. Sedangkan untuk kelemahannya ialah bila akhlak guru jelek,
peserta didik akan meneladani kejelekannya.
E. Metode
Bermain
Metode
bermain adalah metode yang menerapkan permainan atau mainan tertentu sebagai
wahana pembelajaran siswa. Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk
kesenangan yang ditimbulkannya, tanpa pertimbangan hasil akhir. Piaget
menjelaskan bahwa bermain terdiri atas tanggapan yang diulang sekedar untuk
kesenangan fungsional. Sedangkan menurut Bettelheim, kegiatan bermain adalah
krgiatan yang tidak mempunyai peraturan lain kecuali yang ditetapkan pemain
sendiri dan tidak ada hasil akhir.
Bermain
adalah salah satu kesukaan mayoritas anak usia dini. Secara normal tidak ada
seorang anak pun yang tidak suka bermain. Oleh karenanya, metode bermain sangat
cocok bila diterapkan pada pembelajaran anak usia dini. Bermain dikategorikan
menjadi dua jenis sebagai berikut.
1. Bermain
aktif
Dari bermain aktif
kesenangan timbul dari apa yang dilakukan individu, apakah dalam bentuk
kesenangan berlari atau membuat sesuatu dengan lilin atau cat.
2. Bermain
pasif
Kesenangan diperoleh
dari kegiatan orang lain. Pemain menghabiskan sedikit energi. Anak-anak
menikmati temannya bermain, memandang orang atau hewan di televisi, menonton
adegan lucu dan mendengarkan cerita adalah bermain tanpa mengeluarkan tenaga,
tetapi kesenangannya hampir seimbang dengan anak yang menghabiskan tenagannya
di tempat olahraga atau tempat bermain.
Menurut
pernyataan diatas yang baik dilakukan ialah bermain aktif. Metode bermain yang
dilakukan dalam kegiatan pembelajaran tidak hanya disukai oleh anak-anak usia
dini, tetapi juga sangat bermanfaat bagi perkembangan anak. Berikut adalah
beberapa manfaat metode bermain untuk anak usia dini.
1. Manfaat
motorik: Berhubungan dengan nilai-nilai positif mainan yang terjadi pada fisik
jasmaniah anak. Misalnya, unsur-unsur kesehatan, keterampilan, ketangkasan,
maupun kemampuan fisik tertentu.
2. Manfaat
afeksi: Berhubungan dengan perkembangan psikologis anak. Misalnya,
naluri/insting, perasaan, emosi, sifat, karakter, watak, maupun kepribadian
anak.
3. Manfaat
kognitif: perkembangan kecerdasan anak yang meliputi kemampuan imajinatif,
pembentukan nalar, logika, pengetahuan-pengetahuan sistematis.
4. Manfaat
spiritual: dasar pembentukan nilai-nilai kesucian maupun keluhuran akhlak.
5. Manfaat
keseimbangan: melatih dan mengembangkan panduan antara nilai-nilai positif dan
negatif dari suatu mainan.
F. Metode
Bercerita
Metode
cerita ialah metode yang mengisahkan suatu peristiwa atau kejadian kepada
peserta didik. Kejadian tersebut disampaikan melalui tutur kata, ungkapan, dan
mimik wajah yang unik. Pendapat lain menyebutkan metode cerita merupakan metode
pembelajaran yang menggunakan teknik guru bercerita tentang suatu lagenda,
dongen, mitos, atau suatu kisah yang didalamnya diselipkan pesan-pesan moral
atau intelektual tertentu.
Dalam
pendidikan anak usia dini, cerita sangat diperlukan dan banyak membantu peserta
didik dalam memahami materi. Hal ini disebabkan sebagian besar anak-anak
menyukai cerita, kisah atau dongen. Cerita adalah salah satu cara menarik
perhatian anak, misalnya cerita Si Kancil didalam cerita tersebut mempunyai
pesan moral yang nantinya akan disampaikan oleh seorang guru.
Begitu
pentingnya cerita bagi anak usia dini, tidak salah bila metode bercerita ini
sebisa mungkin diaplikasikan dalam pembelajaran. Selain untuk memudahkan anak
dalam memahami materi yang diberikan juga juga untuk memberikan daya
imajinatif, fantasi serta menambah wawasannya terhadap nilai-nilai kebaikan.
Manfaat-manfaat cerita bagi anak usia dini adalah sebagai berikut:
1. Membangun
kontak batin antara anak dengan orang tua maupun gurunya.
2. Media
penyampaian pesan terhadap anak.
3. Dapat
melatif emosi atau perasaan anak.
4. Membantu
proses identifikasi diri (perubahan).
G. Metode
Bernyanyi
Metode
bernyanyi merupakan metode pembelajaran yang menggunakan syair-syair yang
dilagukan. Biasanya syair-syair tersebut disesuaikan dengan materi-materi yang
diajarkan. Menurut pendapat ahli, bernyanyi membuat suasana belajar menjadi
riang sehingga perkembangan anak dapat distimulasi secara lebih optimal. Sebab
pada prinsipnyatugas lembaga PAUD adalah untuk mengembangkan seluruh aspek
dalam diri peserta didik, meliputi fisik-motorik, sosial, emosional,
intelektual, bahasa dan seni, serta moral dan agama.
Menurut
Syamsuri Jri, sebagaimana dikutip oleh Setyoadi menyebutkan bahwa diantara
manfaat penggunaan lagu (menyanyi) dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:
1. Sarana
relaksasi dengan menetralisasi denyut jantung dan gelombang otak.
2. Menumbuhkan
minat dan menguatkan daya tarik pembelajaran.
3. Menciptakan
proses pembelajaran lebih humanis dan menyenangkan.
4. Sebagai
jembatan dalam mengingat materi pembelajaran.
5. Membangun
retensi dan menyentuh emosi dan rasa estetika.
6. Proses
internalisasi nilai yang terdapat pada materi pembelajaran.
H. Metode
Wisata Alam
Metode
wisata alam disebut juga dengan metode karyawisata, yaitu suatu metode
pembelajaran yang mengajak peserta didik ke suatu tempat tertentu untuk
mempelajari sesuatu yang berkaitan dengan materi yang diajarkan. Dalam hal ini
peserta didik dapat diajak ke kebun binatang, pantai, museum, atau situs-situs
budaya tertentu dalam rangka mengenal lebih dekat tentang objek tersebut.
Metode
wisata alam sangat baik digunakan berkaitan dengan materi-materi yang
melibatkan anak secara langsung dan bersifat dunia nyata dalam lingkungannya.
Hal ini dimaksudkan supaya anak dapat mengenal dan mengetahui secara lebih
jelas dan detail terkait apa yang diajarkan melalui proses observasi yang
dilakukannya tersebut. Adapun kelebihan dari metode wisata alam antara lain
sebagai berikut:
1. Peserta
didik dapat menyaksikan langsung kegiatan yang dilakukan.
2. Peserta
didik dapat mengaplikasikan teori yang dipelajari.
3. Peserta
didik mendapatkan pengalaman langsung dari objeknya.
Sedangkan
untuk kelemahan-kelemahannya antara lain sebagai berikut.
1. Metode
ini tidak dapat dilakukan setiap saat dan mebutuhkan biaya mahal.
2. Waktu
yang digunakan sangat lama.
3. Tidak
semua materi diajarkan dengan metode ini.
I. Metode
Pemecahan Masalah
Metode
pemecahan masalah (problem solving) ialah
memperlakukan pembelajaran terhadap anak dengan memberikan suatu persoalan
tertentu, kemudian anak diperintahkan memecahkan atau mencari solusinya. Untuk
tingkat anak usia dini, masalah yang diberikan masih bersifat sederhana,
seperti melengkapi puzzle yang kurang
atau menyusun balok-balok sesuai dengan warna yang diinginkan.
Dalam
pembelajaran metode problem solving
memiliki kelebihan diantaranya dapat menumbuhkan daya kreativitas anak dan
melatih anak untuk berpikir dalam menyelesaikan masalah. Adapun kelemahannya
adalah terkadang anak belum memahami permasalahan yang akan dipecahkan, serta
membutuhkan waktu yang lama untuk menyelesaikannya terutama untuk
masalah-masalah yang dirasa sulit bagi anak.
J. Metode
Simulasi
Metode
simulasi merupakan metode pembelajaran yang dilakukan dengan menirukan suatu
perbuatan atau kegiatan tertentu. Peniruan tersebut hanyalah bersifat
pura-pura, namun dapat memperjelas materi pelajaran yang bersangkutan. Sebagian
pendapat menyebut metode ini dengan istilah bermain
peran.
Metode
stimulasi berupaya untuk melatih siswa untuk memerankan sikap atau perilaku
seseorang ataupun yang lainnya. diantara manfaat metode stimulasi (bermain
peran) bagi anak ialah dapat menggali perasaannya, memperoleh inspirasi, dan
pemahaman yang berpengaruh terhadap sikap, nilai, persepsinya, dan untuk
mengembangkan keterampilang dan sikap dan sikap dalam memecahkan masalah.
Kelebihan
metode stimulasi, yaitu dapat menyenangkan peserta didik bila yang diperankan
sesuai dengan karakternya dan terjadi interaksi antarsiswa yang dapat
menimbulkan suasana keakraban. Sedangkan kelemahannya ialah banyak membutuhkan
waktu dan terkesan belajar hanya dibuat permainan (tidak serius).
Dari
berbagai metode pembelajaran diatas, semuanya dapat diterapkan pada pendidikan
anak usia dini. Hanya saja dalam penerapannya harus disesuaikan dengan materi
pembelajaran yang akan diberikan. Kemudian yang perlu untuk diperhatikan, yaitu
antara metode yang satu dengan metode lain saling berkaitan. Oleh karenanya,
perlu dipahami bahwa tidak ada satu pun metode pembelajaran yang sempurna..
untuk dapat memaksimalkan metode yang ada dibutuhkan kreativitas seorang
pendidik dalam mengaplikasikan pada kegiatan pembelajaran.
BAB III
PENUTUP
3.1
Simpulan
UU
No 20 tahun 2003 juga menyebutkan bahwa pendidikan anak usia dini ialah suatu
upaya pembinaan yang di tujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam
tahun yang di lakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesepian
dalam memasuki pendidikan labih lanjut. Pendidikan anak usia dini harus
ditangani oleh pendidik yang kompeten dalam mengajar. Sebelum melakukan proses
pembelajaran guru harus memahami karakteristik anak usia dini yang jauh berbeda
dengan karakter mereka. Pemilihan metode dalam pembelajaran juga harus
disesuaikan dengan karakter anak agar terjadi suatu proses pembelajaran yang
baik.
3.2
Saran
Karena
anak usia dini memiliki karakter yang berbeda dengan orang dewasa, maka dari
itu baik pendidik maupun orang tua harus memahami bagaimana menerapkan metode
yang cocok bagi anak. Desain pendidikan sangat diperlukan oleh guru dalam
memahami proses pembelajaran anak usia dini.
DAFTAR PUSTAKA
Fadillah, Muhammad. 2012. Desain Pembelajaran PAUD. Jakarta:
Ar-Ruzz Media.
Lilif Mualifatul Khorida, Muhammad
Fadillah. 2013. Pendidikan Karakter Anak
Usia Dini. Jakarta: Ar-Ruzz Media.
Mulyasa. 2012. Manajemen PAUD. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Susanto, Ahmad. 2011. Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar