Sabtu, 24 Desember 2016

cara interaksi dengan bayi



PANDUAN BERINTERAKSI DENGAN BAYI
Menurut Vukelich,Christie dan Enz (2002). Para ahli neuroscience (ilmu yang mempelajari system syaraf) setuju bahwa kecakapan Bahasa pada anak tergantung pada kualitas Bahasa yang diterima. Menyertakan bayi untuk saling bertukar peran seperti di dalam percakapan membentuk pola di masa depan, percakapan yang lebih kompleks dan membantu anaka membangun jaringan yang netral di dalam otak yang berkonstribusi pada kompetensi Bahasa.
Terdapat empat pola interaksi dengan bayi, antara lain:
1.     Kontak mata dan berbagai rujukan yang sama
Melalui kontak mata dan berbagai rujukan, guru menyertakan bayi dalam komunikasi mengenai peristiwa atau objek. Di dalam membangun kontak mata, guru perlu memposisikan diri mereka sehingga bayi bisa melihat wajah gurunya ketika berbicara. Ini berarti guru berada dalam satu posisi berikut :
a.      Duduk di lantai dengan lutut ditekuk dan bayi duduk bersandar ke lutut yang ditekuk.
b.     Berbaring di lantai (menyamping atau tengkurap dengan bayi di dekatnya.
c.      Duduk di lantai dengan bayi ( 9 bulan) duduk di kursi kecil atau bantal. (Weitzman & Greenberg, 2002)

2.     Perputaran komunikasi
Pemilihan waktu untuk interaksi bayi merupakan hal yang sangat penting. Ini merupakan “kunci untuk membantu bayi melihat hubungan antara nama bahasa dan benda yang mereka maksudkan (rujukan)”. (Fowler, 1990, h.26). Pengamatan guru pada respon bayi terhadap interaksi merupakan hal yang sangat penting pula. “ Manolson (1992) merekomendasikan guru “mengamati, menunggu, dan mendengarkan”( h.12) ketika berinteraksi dengan bayi. Dengan pengamatan yang dekat dengan fokus perhatian dan ekspresi wajah anak, guru akan mampu menginterprestasikan dan memahami keinginan dan perasaan anak dengan lebih baik. Ketika guru menunggu beberapa saat sebelum merespon, itu memberikan kesempatan bagi anak untuk mengekspresikan kebutuhan dan keinginannya.

3.     Pembicaraan orang dewasa ke anak
Ketika bercakap – cakap dengan bayi, penting untuk menggunakan ujaran yang ekspresif dan beragam secara intonasi, karena itu akan semakin menarik perhatian anak. Ujaran orang dewasa yang secara sintaksis lebih sederhana lebih dimengerti oleh bayi. Kata atau frase yang di ulang – ulang akan meningkatkan pemahaman bayi. Guru juga harus menggunakan konsep nama yang konsisten dibanding menyebut seekor kucing di satu waktu dan menyebut kitty di lain waktu. (Fowler, 1990)
4.     Pemetaan Verbal
Hal ini terjadi ketika guru berbicara kepada bayi mengenai apa yang akan terjadi, apa yang sedang terjadi, atau apa yang telah terjadi. Pemetaan verbal ini digunakan ketika anak tengah memperhatiakan. Melalui pemetaan verbal, akan memperluas bahasa reseptif bayi dengan menarik perhatian pada percakapan guru dan kejadian atau peristiwa yang sedang terjadi. Penting bagi guru untuk peka terhadap masing masing respon masing – masing anak terhadap pemetaan. Tangisan dan panggilan bayi harus direpon dengan cepat. Bayi membutuhkan jaminan untuk tahu bahwa kebutuhan fisik dan emosional akan dipenuhi oleh gurunya. Rasa aman ini membangun hubungan saling percaya antara bayi dan gurunya dan memberikan dasar untuk kepribadian positif dan perkembangan sosial yang esensial. (Wortham,1993)

PANDUAN UMUM UNTUK PENGATURAN KELAS BAYI
Kelas bayi harus ceria dan memiliki beragam gambar warna – warni mengenai benda-benda yang familiar, hewan – hewan yang bersahabat, dan wajah – wajah orang yang ditampilkan untuk anak –anak. Pengaturan ruangan harus “kaya di dalam sensorik – motorik dan pengalaman sosial”. (Weiser, 1991, h. 21. Mainan harus berfokus pada kebutuhan sensorik – motorik bayi. Misalnya, lonceng, bola, bongkar pasang, lego,dan sebagainya. Mainan tersebut harus aman untuk dipegang, digigit dan dimainkan oleh anak. Buku – buku harus berlapis tebal atau berlapis plastik, serta memiliki warna yang cerah untuk objek yang familiar. Beragam musik dimainkan untuk memperluas pengetahuan mendengar melalui eksplorasi ritme, nada dan bunyi musik.
KURIKULUM BAYI
Tiga tipe kegiatan yang mendominasi kurikulum di kelas bayi yang tepat secara pengembangan: kegiatan eksploratori, kegiatan teacher-mediated dan kegiatan rutin.
Kegiatan Eksploratori
Focus pada kegiatan eksploratori pada bayi yaitu mendorong anak untuk ikut serta secara sukarela di dalam kegiatan sensorik-motorik. Kegiatan ini didaasarkan pada tanggapan pancaindra, termasuk didalamnya penglihatan, suara, perasa, sentuhan, dan penciuman. Menurut piaget (Brainerd, 1978) bayi berkembang secara kognitif melalui indranya dan pengalamanya dalam bergerak sembari berinteraksi dengan beragam situasi.
Kegiatan berbasis boks bayi.
Bayi didalam pengasuhan menghabiskan beberapa waktu setiap hari di dalam boks bayi. Masa di dalam boks harus didampingi dengan kesempatan untuk mengeksplorasi beragam benda. Mainan yang dapat bergerak atau mainan yang menarik secara visual dana man sangat cocok untuk kegiatan-kegiatan dalam boks bayi. Mainan yang digantung,Mainan yang di gantung untuk boks bayi menarik secara visual, dengan benda-benda yang bergerak dan warna yang kontras. Crib activity centers. Menyediakan beragam yang merangsang visual, indera peraba, dan penerimaan pendengaran.
Kegiatan-kegiatan eksploratori berbasis ruangan.
Ketika bayi bisa duduk sendiri dan berpindah-pindah dengan mengeser badannya atau merangkak, kegiatan eksploratori yang lebih tepat yakni yang berbasis ruangan. Kegiatan ini meningkatkan daya pemahaman bayi. Bola dan mainan dorong-tarik,Mainan yang bergerak ketika dipegang atau ditarik mendorong bayi untuk bergerak dan mendorong mainan tersebut. Mainan ini juga mendorong anak untuk menggunakan tangannya untuk menggerakkan mainannya. Ini membantu anak untuk belajar hubungan sebab-akibat dan mengenali untuk menggulang kegiatan untuk menghasilkan hasil yang sama. Musik,Selama masa eksploratori daya pemahaman pendengaran anak bisa dirangsang dengan memainkan beragam music, menggunakan music instrumental atau music vocal selama kegiatan eksploratori berguna bagi bayi yang lebih dewasa.


              

Tidak ada komentar:

Posting Komentar