A. Hubungan
antara perkembangan moral dalam pendidikan
Perkembangan moral berasal dari kata latin mos
(mosis) yang berarti adat istiadat, kebiasaan, peraturan/nilai/ tata cara
kehidupan. Adapun moralitas kemauan untuk menerima dan melakuakan peraturan, nilai-nilai
dan prinsip moral. Nilai-nilai ini seperti seruan untuk berbuat baik kepada
orang lain. Memelihara ketertiban,keamanan,kebersihan dan memelihara hak orang
lain. Seorang dapat di katakan bermoral apabila tingkah laku orang ini sesuai
dengan nilai-nilai moral yang di junjung tinggih oleh kelompok sosialnya.
Perkembangan moral dalam pendidikan sangat
berkaiatan. Karena bayi tidak memiliki hierrarki nilai dan suara hati. Bayi
tergolong Nonmoral.tidak Bermoral maupun tidak Amoral. Dalam artian bahasa
dimana perilakunya tidak di bimbing oleh nilai-nilai moral. Lambat laun ia akan
mempelajari kode moral dari orang tua dan kemidian dari guru-guru dan
teman-teman bermain dan juga ia belajar pentingnya mengikuti kode-kode moral. Jadi
dapat di simpulkan bahwa perkembangan moral pada diri seorang anak juga tumbuh
dilingkungan pendidikan.
1. Perkembangan
moral
Pendidikan
ditinjau dari sudut psikososial (kejiwaan masyarakat). Seperti dalam
proses-proses perkembangan lainnya. Proses perkembangan sisoal dan moral siswa
juga selalu berkaitan dengan proses belajar. Konsekuensinya. Kualitas hasil
perkembangan sosial siswa sangat bergantung pada kualitas proses belajar
(khususnya belajar sosial) siswa tersebut. Baik dilingkungan sekolah dan
keluarga maupun lingkungan belajar itu amat menentukan kemampuan siswa dalam
bersikap dan berperilaku sosial yang selaras dengan norma moral agama. Moral
tradisi. Moral hukum. Dan norma moral lainnya yang berlaku dalam masyarakat
siswa yang bersangkutan.
1.1 Perkembangan
moral versi piaget dan kohlberg
Pendekatan
terhadap perkembangan sosial moral anak dalam aliran psikologi kognitif lebih
banyak dilakukan kohlberg dari pada oleh piaget sendiri selaku tokoh utama
psikologi ini. Namun. Kohlbreg mendasarkan teori perkembangan sosial dan moralnya
pada prinsip dasar hasil temuan piaget. Terutama yang berkaitan dengan prinsip
perkembangan moral. Piaget dan kolhbreg menekankan bahwa pemikiran moral
seorang anak terutama di tentukan oleh kematangan kapasitas kognitifnya dan
lingkungan merupakan pemasok materi menta yang akan di olah oleh ranah kognitif
anak secara aktif.
Ada
dua macam study yang dilakukan piaget mengenai perkembangan moral anak remaja,
yakni:
1. Melakukan
observasi terhadap sejumlah anak yang bermain kelereng dan menanyai mereka
tentang aturan yang mereka ikuti.
2. Melakukan
tes dengan menggunakan beberapa kisah yang menceritakan perbuatan salah dan
benar yang dilakukan anak-anak. Lalu meminta responden (yang terdiri atas anak
dan remaja) untuk menilai kisah-kisah tersebut berdasarkan pertimbangan moral
mereka sendiri.
Tahap
perkembangan moral versi piaget.
Usia
|
Tahap
|
Ciri
khas
|
4-7
tahun
7-10
tahun
11
tahun ke atas
|
Realisme
moral
(pra-oprasional)
Masa
transisi
(konkret
oprasional)
Otonomi
moral, realisme, dan resiprositas
(formal-oprasional)
|
1.
Memutuskan pada akibat-akibat
perbuatan
2.
Aturan-aturan tak berubah
3.
Hukuman atas pelanggaran
bersifat otomatis
Perubahan
secara bertahap ke pemilikan moral tahap kedua
1.
Mempertimbangkan tujuan-tujuan
perilaku moral
2.
Menyadari bahwa aturan moral
adalah kesepakatan tradisi yang dapat berubah.
|
Tahap
perkembangan moral versi kohlbreg.
Tingkat
|
Tahap
|
Konsep moral
|
Tingkat I
Tingkat II
Tingkat III
|
Moralitas
prakonvensional ( usia 4-10 tahun)
Tahp
1 : memperhatikan ketaatan dan hukum
Tahap
2 : memperhatikan pemuasan kebutuhan.
Moralitas
konvensional (usia 10-13 tahun)
Tahap
3 : memperhatikan citra anak baik
Tahap
4 : memperhatikan hukum dan peraturan.
Moralitas
pasca konvensional (usia 13 tahun ke atas).
Tahap
5 :
Memperhatikan
hak perseorangan.
Tahap 6 :
Memperhatiakn
prinsip-prinsip etika.
|
1.
Anak mementukan keburukan
perilaku berdasarkan tingkat hukuman akibat keburukasn tersebut.
2.
Perilaku baik di hubungkan
dengan penghindaran dari hukuman.
1.
Perilaku baik dihubungkan
dengan pemuasan keinginan dan kebutuhan tanpa mempertimbangkan kebutuhan
orang lain.
1.
Anak dan remaja berperilaku
sesuai dengan aturan dan patokan moral agar memperoleh suatu tujuan orang
dewas, bukan untuk menghindari hukuman.
2.
Perbuatan baik dan buruk
dinilai berdasarkan tujuan. Jadi ada perkembangan kesadaran terhadap perlunya
aturan.
1.
Anak dan remaja memiliki sikap
pasti terhadap wewenang dan aturan.
2.
Hukum harus ditaati oleh semua
orang.
1.
Anak dan remaja memiliki sikap
pasti terhadap wewenang dan aturan.
2.
Hukum harus ditaati oleh semua
orang.
1.
Remaja dan dewasa mengartikan
perilaku baik dengan hak pribadi sesuai dengan aturan dan patokan sosial.
2.
Perubahan hukum dan aturan
dapat diterima jika di perlukan untuk mencapai hal-hal yang paling baik.
3.
Pelanggaran hukum dan aturan
dapat terjadi karena alasan-alasan tertentu.
1.
Keputusan mengenai
perilaku-perilaku sosial didasarkan atas prinsip-prinsip moral pribadi yang
bersumber dari kebaikan umum dan kepentingan orang lain.
2.
Keyakinan terhadap moral
pribadi dan nilai-nilai tetep melekat.
|
1.2 Perkembangan
sosial dan moral menurut teori belajar sosial.
Pendekatan
teori belajar sosial terhadap moral siswa di tekankan pada perlunya
conditioning (pembiasaan merespons) dan imitation (peniruan). Penjelasan lebih
lanjut mengenai prosedur-prosedur belajar sosial dan moral tersebut adalah
sebagai berikut.
Conditioning
: prosedur belajar dalam mengembangkan perilaku-perilaku lainnya, yakni dengan
“reward dan punishment” .
Imitation
: menjadi bagian integral dengan prosedur-prosedur belajar menurut teori sosial
learning ialah proses peniruan. Dalam hal ini, orang tua dan guru seyogianya
memainkan peran penting sebagai seor ang model atau tokoh yang dijadikan contoh
berperilaku sosial dan moral bagi siswa.
Teori
perkembnagan sosial dan moral siswa menurut A. Bandura dan L. Kohlberg
Aspek
|
A.
Bandura
(teori belajar
sosial)
|
L. Kohlberg
(teori psi.
Kognitif)
|
1.
Tekanan dasar
2.
Mekanisme perolehan moralitas.
3.
Usia perolehan moralitas.
4.
Kenisbian kabudayaan.
5.
Pelaku sosial.
6.
Implikasi untuk pendidikan
|
Perilaku
bergantung pada pengaruh orang lain dan kondisi stimulus
Hasil dari
conditioning dan modeling.
Belaraj
sepanjang hayat dan ada perbedaan usia perolehan.
Moralitas
bersifat nisbi secara kultural.
Model-model
yang sangat berpengaruh, orang-orang dewasa dan teman-teman yang dapat
menyalurkan ganjaran dan hukuman.
Guru harus
menjadi teladan yang baik dan mengajar setiap perilaku siswa yang memadai.
|
Pemikiran
sebagai perilaku kualitatif dalam perkembangan.
Berlangsung
dalam tahap-tahap yang teratur dan berkaitan dengan berkembanagn kognitif
Proses belajar
berkesinambunagn sampai masa dewasa dan dapat di tempatkan di usia-usia
tertentu.
Nilai-nilai moral
dalam tahapan perkembangan bersifat univesal.
Orang-orang
yang berbeda pada tahap perkembangan yang lebih tinggi dan memiliki pengaruh
yang sangat besar.
Guru harus
berusaha merangsang siswa agar mencapai tahap perkembangan selanjutnya dan
memnjelaskan ciri-ciri perilaku moral pada tahap tersebut.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar