Sabtu, 24 Desember 2016

HUBUNGAN PERKEMBANGAN MORAL DENGAN PENDIDIKAN ANAK



A.    Hubungan antara perkembangan moral dalam pendidikan
Perkembangan moral berasal dari kata latin mos (mosis) yang berarti adat istiadat, kebiasaan, peraturan/nilai/ tata cara kehidupan. Adapun moralitas kemauan untuk menerima dan melakuakan peraturan, nilai-nilai dan prinsip moral. Nilai-nilai ini seperti seruan untuk berbuat baik kepada orang lain. Memelihara ketertiban,keamanan,kebersihan dan memelihara hak orang lain. Seorang dapat di katakan bermoral apabila tingkah laku orang ini sesuai dengan nilai-nilai moral yang di junjung tinggih oleh kelompok sosialnya.
Perkembangan moral dalam pendidikan sangat berkaiatan. Karena bayi tidak memiliki hierrarki nilai dan suara hati. Bayi tergolong Nonmoral.tidak Bermoral maupun tidak Amoral. Dalam artian bahasa dimana perilakunya tidak di bimbing oleh nilai-nilai moral. Lambat laun ia akan mempelajari kode moral dari orang tua dan kemidian dari guru-guru dan teman-teman bermain dan juga ia belajar pentingnya mengikuti kode-kode moral. Jadi dapat di simpulkan bahwa perkembangan moral pada diri seorang anak juga tumbuh dilingkungan pendidikan.
1.     Perkembangan moral
Pendidikan ditinjau dari sudut psikososial (kejiwaan masyarakat). Seperti dalam proses-proses perkembangan lainnya. Proses perkembangan sisoal dan moral siswa juga selalu berkaitan dengan proses belajar. Konsekuensinya. Kualitas hasil perkembangan sosial siswa sangat bergantung pada kualitas proses belajar (khususnya belajar sosial) siswa tersebut. Baik dilingkungan sekolah dan keluarga maupun lingkungan belajar itu amat menentukan kemampuan siswa dalam bersikap dan berperilaku sosial yang selaras dengan norma moral agama. Moral tradisi. Moral hukum. Dan norma moral lainnya yang berlaku dalam masyarakat siswa yang bersangkutan.
1.1  Perkembangan moral versi piaget dan kohlberg
Pendekatan terhadap perkembangan sosial moral anak dalam aliran psikologi kognitif lebih banyak dilakukan kohlberg dari pada oleh piaget sendiri selaku tokoh utama psikologi ini. Namun. Kohlbreg mendasarkan teori perkembangan sosial dan moralnya pada prinsip dasar hasil temuan piaget. Terutama yang berkaitan dengan prinsip perkembangan moral. Piaget dan kolhbreg menekankan bahwa pemikiran moral seorang anak terutama di tentukan oleh kematangan kapasitas kognitifnya dan lingkungan merupakan pemasok materi menta yang akan di olah oleh ranah kognitif anak secara aktif.
Ada dua macam study yang dilakukan piaget mengenai perkembangan moral anak remaja, yakni:
1.     Melakukan observasi terhadap sejumlah anak yang bermain kelereng dan menanyai mereka tentang aturan yang mereka ikuti.
2.     Melakukan tes dengan menggunakan beberapa kisah yang menceritakan perbuatan salah dan benar yang dilakukan anak-anak. Lalu meminta responden (yang terdiri atas anak dan remaja) untuk menilai kisah-kisah tersebut berdasarkan pertimbangan moral mereka sendiri.
Tahap perkembangan moral versi piaget.
Usia
Tahap
Ciri khas
4-7 tahun





7-10 tahun


11 tahun ke atas
Realisme moral
(pra-oprasional)




Masa transisi
(konkret oprasional)

Otonomi moral, realisme, dan resiprositas
(formal-oprasional)
1.     Memutuskan pada akibat-akibat perbuatan
2.     Aturan-aturan tak berubah
3.     Hukuman atas pelanggaran bersifat otomatis

Perubahan secara bertahap ke pemilikan moral tahap kedua

1.     Mempertimbangkan tujuan-tujuan perilaku moral
2.     Menyadari bahwa aturan moral adalah kesepakatan tradisi yang dapat berubah.
Tahap perkembangan moral versi kohlbreg.
Tingkat
Tahap
Konsep moral
Tingkat I











Tingkat II













Tingkat III
Moralitas prakonvensional ( usia 4-10 tahun)

Tahp 1 : memperhatikan ketaatan dan hukum

Tahap 2 : memperhatikan pemuasan kebutuhan.

Moralitas konvensional (usia 10-13 tahun)

Tahap 3 : memperhatikan citra anak baik


Tahap 4 : memperhatikan hukum dan peraturan.



Moralitas pasca konvensional (usia 13 tahun ke atas).
Tahap 5 :
Memperhatikan hak perseorangan.


Tahap 6 :
Memperhatiakn prinsip-prinsip etika.
1.     Anak mementukan keburukan perilaku berdasarkan tingkat hukuman akibat keburukasn tersebut.
2.     Perilaku baik di hubungkan dengan penghindaran dari hukuman.
1.     Perilaku baik dihubungkan dengan pemuasan keinginan dan kebutuhan tanpa mempertimbangkan kebutuhan orang lain.

1.     Anak dan remaja berperilaku sesuai dengan aturan dan patokan moral agar memperoleh suatu tujuan orang dewas, bukan untuk menghindari hukuman.
2.     Perbuatan baik dan buruk dinilai berdasarkan tujuan. Jadi ada perkembangan kesadaran terhadap perlunya aturan.
1.     Anak dan remaja memiliki sikap pasti terhadap wewenang dan aturan.
2.     Hukum harus ditaati oleh semua orang.

1.     Anak dan remaja memiliki sikap pasti terhadap wewenang dan aturan.
2.     Hukum harus ditaati oleh semua orang.



1.     Remaja dan dewasa mengartikan perilaku baik dengan hak pribadi sesuai dengan aturan dan patokan sosial.
2.     Perubahan hukum dan aturan dapat diterima jika di perlukan untuk mencapai hal-hal yang paling baik.
3.     Pelanggaran hukum dan aturan dapat terjadi karena alasan-alasan tertentu.
1.     Keputusan mengenai perilaku-perilaku sosial didasarkan atas prinsip-prinsip moral pribadi yang bersumber dari kebaikan umum dan kepentingan orang lain.
2.     Keyakinan terhadap moral pribadi dan nilai-nilai tetep melekat.

1.2  Perkembangan sosial dan moral menurut teori belajar sosial.
Pendekatan teori belajar sosial terhadap moral siswa di tekankan pada perlunya conditioning (pembiasaan merespons) dan imitation (peniruan). Penjelasan lebih lanjut mengenai prosedur-prosedur belajar sosial dan moral tersebut adalah sebagai berikut.
Conditioning : prosedur belajar dalam mengembangkan perilaku-perilaku lainnya, yakni dengan “reward dan punishment” .
Imitation : menjadi bagian integral dengan prosedur-prosedur belajar menurut teori sosial learning ialah proses peniruan. Dalam hal ini, orang tua dan guru seyogianya memainkan peran penting sebagai seor ang model atau tokoh yang dijadikan contoh berperilaku sosial dan moral bagi siswa.
Teori perkembnagan sosial dan moral siswa menurut A. Bandura dan L. Kohlberg
Aspek
A.    Bandura
(teori belajar sosial)
L. Kohlberg
(teori psi. Kognitif)
1.     Tekanan dasar


2.     Mekanisme perolehan moralitas.

3.     Usia perolehan moralitas.

4.     Kenisbian kabudayaan.

5.     Pelaku sosial.





6.     Implikasi untuk pendidikan
Perilaku bergantung pada pengaruh orang lain dan kondisi stimulus
Hasil dari conditioning dan modeling.


Belaraj sepanjang hayat dan ada perbedaan usia perolehan.

Moralitas bersifat nisbi secara kultural.

Model-model yang sangat berpengaruh, orang-orang dewasa dan teman-teman yang dapat menyalurkan ganjaran dan hukuman.

Guru harus menjadi teladan yang baik dan mengajar setiap perilaku siswa yang memadai.
Pemikiran sebagai perilaku kualitatif dalam perkembangan.

Berlangsung dalam tahap-tahap yang teratur dan berkaitan dengan berkembanagn kognitif

Proses belajar berkesinambunagn sampai masa dewasa dan dapat di tempatkan di usia-usia tertentu.
Nilai-nilai moral dalam tahapan perkembangan bersifat univesal.

Orang-orang yang berbeda pada tahap perkembangan yang lebih tinggi dan memiliki pengaruh yang sangat besar.


Guru harus berusaha merangsang siswa agar mencapai tahap perkembangan selanjutnya dan memnjelaskan ciri-ciri perilaku moral pada tahap tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar