Jumat, 23 Desember 2016

MODEL PEMBELAJARAN KLAKSIKAL AREA



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Gagne (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 10) memaparkan bahwa belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut adalah dari stimulasi yang berasal dari lingkungan, dan proses kognitif yang dilakukan oleh pebelajar. Dengan demikian, belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifa tstimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru.
Model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai sebuah desain pembelajaran yang menggambarkan proses spesifik dan menghasilkan situasi lingkungan tertentu dimana siswa berinteraksi dalam suatu cara yang menghasilkan perubahan tertentu pada perilaku mereka. Model pembelajaran berdasarkan Area lebih memberikan kesempatan kepada anak didik untuk memilih atau melakukan kegiatan sendiri sesuai dengan minatnya. Pembelajarannya dirancang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan spesifik anak, menghormati keberagaman budaya, menekankan pada pengalaman belajar bagi setiap anak, pilihan-pilihan kegiatan dan pusat-pusat kegiatan, serta peran keluarga dalam proses pembelajaran.
Model ini pada dasarnya hampir sama dengan model pembelajaran berdasarkan sudut-sudut kegiatan. Model ini merupakan pendekatan yang sangat efektif yang dikembangkan dalam pembelajaran secara individu. Ada 3 pilar model pembelajaran area diantaranya kontruktivisme, pendidikan progresif dan pembelajaran yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak.
Salah satu proses pembelajaran yang masih sering di gunakan adalah model pembelajaran klasikal yang berpusat pada guru. Menurut Suyosubroto (2002:83) menyatakan bahwa dalam pembelajaran klasikal guru beranggapan bahwa seluruh siswa satu kelas mempunyai kemampuan (ability), kesiapan dan kematangan (maturity) dan kecepatan belajar yang sama.
Merosotnya kualitas pendidikan disebabkan karena sistem yang kurang tepat. Sistem klasikal dinilai belum mampu mengembangkan kemampuan anak didik karena telah membatasi perkembangan mereka, sekalipun ada yang mempunyai kemampuan lebih. Apalagi guru sudah menyusun program satuan pelajaran maupun rencana pembelajaran yang dibuat oleh guru semuanya serba seragam.
Masalah lain dalam bidang pendidikan di Indonesia adalah bahwa pendekatan dalam pembelajaran masih terlalu didominasi oleh peran guru. Guru lebih banyak menempatkan siswa sebagai objek dan bukan sebagai subjek didik. Pendidikan kita kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan berfikir holistik, kreatif, objektif serta kurang memperhatikan ketuntasan belajar secara individual. Proses pendidikan di sistem sekolah  Indonesia, umumnya belum menerapkan pembelajaran sampai anak menguasai materi pembelajaran secara tuntas, akibatnya tidak aneh bila masih banyak siswa yang tidak menguasai materi pembelajaran secara tuntas.

B.      Rumusan Masalah
1.   Bagaimana konsep dasar model pembelajaran area?
2.   Bagaimana pengaplikasian model pembelajaran area?
3.   Bagaimana strategi pembelajaran dengan model area?
4.   Apa kelebihan dan kelemahan dari model pembelajaran area?
5.   Bagaiman hasil observasi yang telah dilakukan di sekolah-sekolah mengenai model pembelajaran area?

C.      Tujuan
1.   Untuk mengetahui konsep dasar model pembelajaran area.
2.   Untuk mengetahui cara mengaplikasian model pembelajaran area.
3.   Untuk mengetahui strategi pembelajaran dengan model area.
4.   Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan dari model pembelajaran area.
5.   Untuk mengetahui hasil observasi model pembelajaran area yang telah dilakukan di sekolah-sekolah.

D.      Manfaat
1.   Memberikan pemahaman kepada mahasiswa mengenai model pembelajaran  yang tepat diterapkan di sekolah nantinya.
2.   Memberikan gambaran kepada mahasiswa mengenai penerapan dan strategi pembelajaran area.
3.   Mengantisipasi terjadi adanya masalah dalam menerapkan pembelajaran area di sekolah nantinya.


























BAB II
PEMBAHASAN

A.  Konsep Dasar Model Pembelajaran Area
Model pembelajaran merupakan gambaran utuh sebuah bentuk pembelajaran yang tercermin mulai awal hingga akhir pembelajaran. Model pengajaran sebagai desain instruksional yang menggambarkan proses menentukan anak memproduksi situasi lingkungan tertentu yang menyebabkan siswa untuk berinteraksi sedemikian rupa bahwa perubahan tertentu terjadi dalam perilaku mereka”, (SS Chauhan, 2009). Guru dapat mengatur atau mendesain lingkungan agar anak-anak tertarik untuk belajar, sehingga mereka belajar dengan menyenangkan. Model pembelajaran yang berbeda membawa konsekuensi penataan lingkungan main anak yang berbeda-beda.
Diana Mutiah (2010: 121) mengemukakan bahwa “model pembelajaran area dirancang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan spesifik anak, menghargai keberagaman budaya, dan menekankan pada pengalaman anak”. Konsep model pembelajaran area memberikan kesempatan  pada anak untuk memilih atau melakukan kegiatan sesuai minatnya, sehingga anak dapat bermain seraya belajar.
Model pembelajaran area ialah model pembelajaran dimana anak diberi kesempatan untuk memilih atau melakukan kegiatan sendiri sesuai dengan minat mereka didalam area-area (Diknas, 2013). Model ini pada dasarnya hampir sama dengan model pembelajaran sudut-sudut kegiatan. Pembelajarannya dirancang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan spesifik anak dan meghormati keberagaman budaya yang menekankan pada prinsip (1) pengalaman pembelajaran pribadi setiap anak, (2) membantu anak membuat pilihan dan keputusan melalui aktifitas di dalam area-area yang disiapkan, (3) dan keterlibatan keluarga dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran area bertujuan menciptakan suasana pembelajaran yang membangun suatu landasan bagi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang penting untuk menghadapi tantangan baik dimasa kini maupun yang akan datang serta didasarkan pada keyakinan bahwa anak-anak tumbuh dengan baik ika mereka dilibatkan secara alamiah dalam proses belajar dan mendorong anak untuk bereksplorasi, bereksperimen, memelopori dan menciptakan.
Pada model pembelajaran area guru mendesain lingkungan belajarnya dalam bentuk area-area pembelajaran. Setiap area pembelajaran memiliki berbagai jenis alat main sejenis sesuai  areanya untuk menstimulasi perkembangan anak. Anak diharapkan akan melakukan berbagai aktifitas dalam satu area pembelajaran. Pembelajaran akan terjadi ketika anak berada pada area yang sesuai minatnya. Widson (2012) yang menyatakan bahwa “when a student is driven to learn by the natural passion underlying and interest area amazing learning accurs”.
Pembelajaran area ini mencakup tiga pilar yaitu: (1) konstruktivitas, (2) sesuai dengan perkembangan, dan (3) pendidikan progresif.
Konstruktivisme menyakini bahwa pembelajaran terjadi saat anak berusia memahami dunia di sekelilingnya. Pembelajaran menjadi proses interaktif yang melibatkan teman sebaya, orang dewasa, dan lingkungan. Anak membangun pemahaman mereka sendiri atas dunia dan hal-hal yang terjadi di sekelilingnya dengan membangun pemahaman-pemahaman baru dan pengalaman-pemgalaman yang telah mereka miliki sebelumnya.
Pelaksanaan pembelajaran area ini menggunakan metode yang selaras dengan tahap perkembangan anak. Setiap anak berkembang melalui tahapan yang berbeda, namun pada saat yang sama, setiap anak adalah makhluk individu dan unik. Dengan demikian pendidikan harus mencermati dan menyimak perbedaan antara keterampilan dan minat dari anak-anak yang berusia sama.
Semua kegiatan dalam pembelajaran ini didasarkan atas minat anak, tingkat perkembangan kognitif dan kematangan social-emosional, mendorong rasa ingin tahu alamiah anak, kegembiraan terhadap pengalaman-pengalaman panca indera dan keinginan untuk menjelajahi gagasan-gagasan baru anak itu sendiri. Pelaksanaan pendidikan progresif dibangun berdasarkan prinsip-prinsip perkembangan anak dan kontruktivisme ini.
Pembelajaran dengan model area menggunakan  sepuluh area, yaitu: area Agama, Balok, Bahasa, Drama, Berhitung/Matematika, IPA, Musik, Seni/Motorik, Pasir dan Air, Membaca dan Menulis. Dalam satu hari dapat dibuka minimal 4 area untuk disiapkan alat bermain/alat peraga dan sarana pembelajaran yang sesuai dengan indikator yang dicapai.

B.  Konsep Aplikasi Model Pembelajaran Area
Dalam melaksanakan pembelajaran, peran guru sangat penting yakni membuat program rencana baik tahunan (Protah), mingguan (Promes/RPPM), dan harian (RPP). Setelah pembentukan rancangan, guru menyiapkan alat dan bahan ajar. Kemudian melaksanakan proses pembelajaran dan melakukan evaluasi. Dalam menciptakan lingkungan guru mendasarkan diri pada pengetahuan yang dimilikinya tentang perkembangan anak. Dalam menyusun tujuan pembelajaran guru memperhatikan keunikan masing-masing anak, menghargai kelebihan dan kebutuhan setiap anak , menjaga kealamiahan anak dan mendukung pembelajaran bersama.
a.   Model Pembelajaran Area
Pembelajaran area menggunakan 10 area yang dalam satu hari dapat dibuka minimal 4 area untuk disiapkan alat bermain/alat peraga dan sarana pembelajaran yang sesuai dengan indicator yang ingin dicapai. Alat bermain untuk model area sesuai dengan kurikulum paud 2013 adalah :
1)                                               Area Agama
Area Agama merupakan tempat yang memberikan pengalaman pada anak untuk mengenal agama dan mempraktekkan tata cara beribadah sesuai dengan agama yang dianutnya. Area agama menyediakan miniatur rumah ibadah, perlengkapan ibadah, buku-buku bacaan, dan sebagainya.
2)                                               Area Balok
Area balok dilengkapi dengan berbagai macam bentuk dan ukuran balok untuk meenciptakan susunan khayal atau dapat dikenali seperti bangunan, melalui bermain balok anak mengembangkan kemampuan matematika, kemampuan berfikir dan memecahkan masalah, kreatifitas, serta memperkuat daya konsentrasi. Alat bermain anak di area balok adalah : balok (dengan berbagai bentuk, ukuran, dan warna), leggo, dan sebagainya
3)                                               Area Berhitung/Matematika
Area matematika dan berhitung merupakan tempat yang menyediakan permainan-permainan yang dapat membantu anak belajar mencocokkan, berhitung, dan mengelompokkan, serta menciptakan sendiri permainan yang mereka sukai. Kegiatan-kegiatan di area ini mendorong anak mengembangkan kemampuan intelektual, otot-otot halus, koordinasi mata tangan, dan keterampilan sosial seperti berbagi, bernegosiasi, dan memecahkan masalah. Alat bermain di area matematika adalah lambang bilangan, kepingan geometri, kartu angka, puzzle, pohon hitung, dan sebagainya.
4)                                               Area Sains/IPA
Area sains banyak menyediakan kesempatan bagi anak untuk menggunakan panca indera dan menyalurkan langsung minat mereka terhadap kejadian-kejadian alamiah dan benda yang mereka temukan.
Dengan mengekplorasi bahan-bahan alami, anak menciptakan, berpikir, dan berkomunikasi. Anak-anak melatih otot halus dan kasar, mengembangkan konsep-konsep matematika, gagasan-gaggasan ilmiah, dan kreativitas. Alat bermain anak di area sains adalah : macam-macam tiruan binatang, biji-bijian (jagung, kacang tanah, kacang hijau, beras), benda-benda untuk pengenalan berbagai macam rasa (gula, garam, sirup, cuka), dan sebagainya.
5)                                               Area Musik
Musik dapat digunakan sepanjang hari untuk meyatukan kegiatan pembelajaran. Bernyanyi, menggerakkan badan, bertepuk tangan, menari, dan memainkan alat-alat musik. Musik mengembangkan panca indera, mengajarkan ritme, memperkuat otot halus dan kasar, dan mendorong kreatifitas. Alat bermain di area musik adalah : seruling, organ kecil, gendang angklung, rebana, dan sebagainya.
6)                                               Area Bahasa
Area Bahasa merupakan tempat yang tenang sehingga anak-anak dapat melihat buku, membacakan temannya, atau meminta guru untuk membacakan. Alat bermain di area Bahasa ini adalah : buku-buku cerita, kartu-kartu nama, kartu nama bulan, koran, dan sebagainya.
7)                                               Area Membaca dan Menulis
Area ini merupakan tempat bagi anak untuk mengekplorasi pengalaman membaca dan menuliskan kata-kata yang ada di sekitar mereka. Area membaca dan menulis menyediakan berbagai buku-buku atau tulisan-tulisan dan bahan-bahan untuk kegiatan menyimak atau mendengar bahasa dan menulis. Area membaca berisi buku-buku dan bahan-bahan untuk kegiatan membaca. Alat bermain di area membaca ini yaitu : buku, pensil warna, pensil, kartu huruf, kartu gambar, spidol dan sebagainya.
8)                                               Area Drama/Bermain Peran
Area drama merupakan tempat memberikan kesempatan pada anak untuk mengeksplorasi dan mengembanagkan pengalaman bermain peran.
Area drama memiliki baju-baju atau benda-benda lain yang mendorong anak memperagakan apa yang mereka lihat di kehidupan mereka, membantu mereka untuk memahami dunia mereka dan memainkan berbagai peran. Pemilihan benda tegantung dari minat anak-anak da tema yang sedang berlangsung. Alat bermain di Area Drama adalah : tempat tidur anak (boneka), almari kecil, baju-baju, kompor-komporan, piring, sendok, garpu, dan lain-lain.
9)                                               Area Pasir
Jika bermain pasir dan air dimasukkan ke dalam salah satu tempat di dalam kelas, kita dapat menggunakan pasir dan air menjadi salah satu area yang menarik untuk beraktifitas dengan anak-anak. 
10)                                           Area Seni dan Motorik Halus
Area seni dan motorik merupakan tempat untuk mengembangkan dan mengekplorasi kreatifitas mereka serta bersenang-senang dengan bahan baru dan pengalaman fisik. Alat bermain pada area seni dan motorik halus adalah  meja gambar, meja kursi anak, pensil warna, buku gambar, kertas lipat, kertas koran, lem, gunting, dan sebagainya. Area seni, motorik diberi ruang yang cukup luas agar anak bisa beraktivitas cukup leluasa dalam mengembangkan motorik halusnya.

b.   Penataan Ruang Kelas Model Area
Pengelolaan kelas model pembelajaran area meliputi pengorganisasian peserta didik, pengaturan area yang di programkan, dan peranan pendidik. Untuk itu hal-hal yang diperlukan  dalam pengelolaan kelas adalah :
1)  Alat bermain, sarana prasarana diatur sesuai dengan area yang diprogramkan pada hari itu.
2)  Kegiatan dapat dilakukan dengan menggunakan meja kursi, karpet, atau tikar sesuai dengan alat yang digunakan.
3)  Pengaturan area memungkinkan pendidik dapat memberikan motivasi, pembinaan, dan penilaian.
4)  Pendidik memperhatikan perbedaan individu setiap peserta didik pada saat mereka melakukan kegiatan di area.
Gambaran penataan ruang kelas model pembelajaran area:
           

c.    Langkah-Langkah Kegiatan dalam Model Area
1)                                           Kegiatan awal (± 30 menit )
Kegiatan yang dilaksanakan adalah melatih pembiasaan, misalnya menyanyi, memberi salam dan berdoa. Bercerita tentang pengalamam sehari-hari dan setiap anak bercerita, 3 atau 4 anak bertanya tentang cerita anak tersebut, membicarakan tema/sub tema, melakukan kegiatan fisik/motorik yang dapat dilakukan di luar atau di dalam kelas.
2)  Kegiatan inti (± 60 menit) secara individual di area kegiatan
Sebelum melakukan kegiatan inti, pendidik bersama anak membicarakan tugas-tugas di area yang diprogramkan. Setelah itu peserta didik dibebaskan memilih area yang disukai sesuai dengan minatnya. Area yang dibuka setiap hari disesuaikan dengan indikator yang dikembangkan dan sarana/alat pembelajaran yang ada. Anak dapat berpindah area sesuai dengan mintanya tanpa ditentukan oleh pendidik. Apabila terdapat anak tidak mau melakukan kegiatan di area yang diprogramkan, pendidik harus memotivasi anak tersebut agar mau melakukan kegiatan. Pendidik dapat melayani anak dengan membawakan tugasnya ke area yang sedang diminatinya.
3)                                               Istirahat/makan (± 30 menit)
Kegiatan makan bersama menanamkan pembiasaan yang baik, misalnya mencuci tangan, berdoa sebelum dan sesudah makan, tata tertib makan, mengenalkan jenis makanan bergizi, menumbuhkan rasa sosial (berbagai makanan) dan kerjasama. Setelah kegiatan makan selesai, waktu yang tersedia dapat digunakan untuk bermain dengan alat permainan yang bertujuan mengembangkan fisik/motorik.
4)                                           Kegiatan akhir (± 30 menit )
Kegiatan akhir dilaksanakan secara klasikal, misalnya dengan bercerita, bernyanyi, cerita dari pendidik atau membaca puisi, dilanjutkan dengan diskusi kegiatan satu hari dan menginformasikan kegiatan esok hari, berdoa, mengucapkan salam dan pulang.
d.       Penilaian Pembelajaran Model Area
Penilaian yang dilakukan pada model pembelajaran area pada hakekatnya tidak berbeda dengan model-model pembelajaran sebelumnya karena selama kegiatan pembelajaran berlangsung, pendidik mencatat segala hal yang terjadi baik terhadap perkembangan peserta didik maupun program kegiatannya sebagai dasar bagi keperluan penilaian. Pendidik melakukan penilaian dengan memakai alat penilaian yang telah disiapkan, tetapi dapat juga untuk mengetahui ke area mana saja minat anak hari itu dengan menggunakan ceklis disetiap area.

C.  Strategi Pembelajaran Area
Dick dan Carey (1985) menyatakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu perangkat materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa.
Jenis strategi pembelajaran:
1.   Metode Ceramah
Metode ceramah adalah penuturan bahan pelajaran secara lisan. Metode ini senantiasa bagus bila pengunaannya betul-betul disiapkan dengan baik, didukung alat dan media serta memperhatikan batas-batas kemungkinan penggunannya.  Dalam pendidikan anak usia dini, metode ceramah sangat cocok digunakan untuk menyampaikan penjelasan-penjelasan mengenai aturan permainan yang dipakai. Melalui penjelasan dari guru, seorang anak akan lebih mudah dalam memahami materi yang diajarkan. Metode ini dapat dilakukan pada berbagai area, yakni guru memberikan penjelasan kepada siswa mengenai apa yang ada di area tersebut.
2.   Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah metode mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat two way traffic sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dan siswa. Guru bertanya siswa menjawab atau siswa bertanya guru menjawab. Dalam komunikasi ini terlihat adanya hubungan timbal balik secara langsung antara guru. Metode ini dapat dilakukan pada area manapun, termasuk area matematika.
3.   Metode Pembiasaan
Metode pembiasaan merupakan metode pembelajaran yang membiasakan suatu aktivitas kepada seseorang anak atau peserta didik. Metode ini dipengaruhi adanya teori behavioristik. Untuk anak usia dini, metode ini sangat baik digunakan karena anak suka menerima dan ia belum terpengaruh oleh dunia luar. Metode ini dapat digunakan pada semua area pembelajaran termasuk area agama, musik, dan seni.
4.   Metode Keteladanan
Metode keteladanan merupakan metode pembelajaran yang didasarkan pada contoh tingkah laku yang ditunjukkan oleh orang tua maupun pendidik. Metode ini sangat efektif karena sifat anak yang suka meniru. Metode keteladanan ini dapat dilakukan di area agama.
5.   Metode Bermain
Metode bermain adalah metode yang menerapkan pemainan tententu sebagai wahana pembelajaran siswa. Metode ini merupakan metode yang sangat cocok pada anak usia dini, karena pada hakikatnya anak bermain sambil belajar. Metode ini cocok digunakan dalam semua area pembelajaran.
6.   Metode Bercerita
Metode bercerita adalah metode yang mengisahkan suatu peristiwa atau kejadian kepada peserta didik, misalnya legenda, dongen, dan kisah nabi. Metode ini cocok digunakan di area bercerita anak juga bisa menceritakan kejadian yang seru dalam hidupnya dan juga cocok dalam area membaca dan menulis, anak bisa menulis kemudian membacakan ceritanya.
7.   Metode Bernyanyi
Metode bernyanyi merupakan metode yang khas digunakan untuk anak usia dini, yakni metode yang menggunakan syair-syair yang dilagukan. Menurut pendapat ahli metode bernyanyi dapat membangun suasana yang menyenangkan. Metode ini cocok untuk pembelajaran area musik.
8.   Metode Wisata Alam
Disebut juga dengan metode karyawisata, metode ini mengajak peserta didik ke suatu tempat tertentu untuk mempelajari sesuatu yang berkaitan dengan materi yang diajarkan. Karyawisata dalam arti metode mengajar mempunyai arti tersendiri, berbeda dengan karyawisata dalam arti umum. Karyawisata di sini berarti kunjungan ke luar kelas dalam rangka belajar. Jadi, karyawisatadi atas tidak mengambil tempat yang jauh dari sekolah dan tidak memerlukan waktu yang lama. Karyawisata dalam waktu yang lama dan tempat yang jauh disebut study tour.
Dalam hal ini peserta didik dapat di ajak ke ruangan yang menyerupai binatang, museum, kebun maupun lainnya. metode ini cocok digunakan pada area Sains/IPA.
9.   Metode Pemecahan Masalah
Metode problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode mengajar tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan. Metode ini memperlakukan pembelajaran anak dengan memberikan persoalan tertentu yang sederhana, kemudian anak diperintahkan memecahkan masalah. Metode ini dapat digunakan pada area balok dan area matematika.
10.    Metode Simulasi
Metode simulasi merupakan metode pembelajaran yang dilakukan dengan menirukan suatu perbuatan atau kegiatan tertentu. Peniruan tersebut hanyalah bersifat pura-pura, namun dapat memperjelas materi pelajaran bersangkutan. Sebagian pendapat  menyebut metode ini dengan istilah bermain peran. Maka dari itu metode ini sangat cocok dalam model pembelajara area drama.
Dari 10 jenis strategi pembelajaran diatas  memiliki kecocokan tersendiri terhadap model area pembelajaran. Peran guru sangat penting dalam memilih metode yang tepat dengan model pembelajaran yang disesuaikan dengan kurikulum yang anda.

D.          Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Area
1.   Kelebihan
Model pembelajaran area dianggap sebagai model pembelajaran baru dan efektif yakni model pembelajaran dimana anak diberi kesempatan untuk memilih atau melakukan kegiatan sendiri sesuai dengan minat mereka didalam area-area. Berikut merupakan kelebihan dari model pembelajaran area:
a.   Lebih memberikan kesempatan kepada anak didik untuk memilih atau melakukan kegiatan sendiri sesuai dengan minatnya, dan memungkinkan anak untuk mengeksplorasi dan mengekspresikan pengetahuan dan ketrampilasn nya melalui berbagai kegiatan dan meningkatkan pemahaman anak secra komprehensif.
b.   Pembelajaran di rancang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan spesifik anak dan menghormati keberagaman budaya yang lebih menekankan pada prinsip.
1)   Pengalaman pembelajaran pribadi setiap anak Membantu anak membuat keputusan melaluli aktivitas di dalam area-area yang disiapkan.
2)   Keterlibatan keluarga dalam proses pembelajaran, anggota keluarga di libatkan sukarela dalam kegaitan pembelajaran misalnya orang tua di libiatkan dalm mempersiapkan peraturan media pembelajaran atau model dalam pembelajaran teretntu. Keluarga bermitra dengan PAUD dalam membuat keputusan tentang anak, misalnya orang tua diminta pertimbangannya perihal kebutuhan layanan khusus individual untuk anak.
3)   Bagi kegiatan yang memerlukan pemahaman atau membahayakan, dan pengamatan langsung, maka jumlah anak dibatasi agar guru dapat memperhatikan lebih mendalam proses dan hasil yang dicapai dapat lebih maksimal tanpa mengabaikan anak yang ada di area lain. Secara tidak langsung perhatian guru lebih mendalam  dari proses dan hasil yang dicapai secara maksimal tanpa mengabaikan anak-anak yang berda di area yang lain
1)   Guru mudah menguasai kelas.
2)   Mudah mengorganisasikan tempat duduk / kelas.
3)   Mudah mempersiapkan dan melaksanakannya.
4)   Guru mudah menerangkan pelajaran dengan baik.
5)   Memberi kesempatan pada guru untuk menggunakan pengalaman, pengetahuan dan kearifan.
6)   Dapat menggunakan bahan pelajaran yang luas
7)   Membantu siswa untuk mendengar secara akurat, kritis, dan penuh perhatian.
8)   Jika digunakan dengan tepat maka akan dapat menstimulasikan dan meningkatkan keinginan  belajar siswa dalam bidang akademik.
9)   Dapat menguatkan bacaan dan belajar siswa dari beberapa sumber lain
c.   Kemampuan anak dalam belajar lebih optimal, anak lebih sibuk bergerak melakukan atau aktif belajar yang telah dipilihnya. Dengan system area ini pengalaman belajar anak lebih banyak dan anak lebih kreatif.
d.   Dengan menggunakan system area sebagai antisipasi terhadap perbedaan cara belajar, motivasi, kemampuan dan minat anak. Sehingga anak dapat membuat kesimpulan sendiri dari setiap hal yang dipelajarinya.
2.   Kelemahan
Selain kelebihan, model pembelajaran area ini juga memiliki kelemahan, diantarannya yakni:
a.      Bila selalu digunakan dan terlalu digunakan dapat membuat bosan.
1)     Guru dituntut untuk mempunyai wawasan yang luas dan kreatif untuk mengembangkan model pembelajaran area agar lebih inovatif dan variatif.
2)     Guru harus memiliki ketrampilan metodologis yang handal, rasa percaya diri yang tinggi dan berani mengemas dan mengembangkan materi secara akademik.
b.     Aspek sarana dan sumber pembelajaran memerlukan sumber informasi yang cukup banyak dan bervariasi yang akan menunjang dan memperkaya pengembangan model pembelajaran area. Dan bila sarana ini tidak terpenuhi maka penerapan pembelajaran  terpadu juga akan terhambat.
c.      Aspek penilaian pembelajaran membutuhkan penilaian yang menyeluru  (komprehensif) yaitu menetapakan keberhasilan belajar peserta didik dari berbagai bidang pada model pembelajaran area.

E.                      Hasil Observasi
Perkembangan model pembelajaran area dapat dilihat dari kegiatan observasi yang pernah dilakukan di sekolah-sekolah. Hasil observasi yang dilakukan di daerah masing-masing yakni daerah Jawa dan Madura. Berikut hasil observasi model pembelajaran yang ada di daerah Jawa dan Madura:
1.   Model Area
Lembaga sekolah pendidikan anak usia dini di Madura masih banyak yang menggunakan model konvensional. Terutama dibagian desa-desa terpencil yang jauh dari keramaian banyak yang menggunakan model konvensional dan masih menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS). Meskipun sekarang sudah ada kurikulum 2013 tapi banyak guru yang hanya menggunakan tapi tidak menerapkannya. Tenaga pendidik yang hanya sebatas lulusan sekolah menengah atas (SMA) yang tidak memiliki banyak pengetahuan tentang pendidikan anak usia dini tidak bisa banyak membantu mengembangkan sekolah PAUD/TK sesuai dengan kurikulum yang ada.
Sama halnya dengan lembaga yang ada di Madura, sekolah-sekolah PAUD/TK yang ada di Jawa juga mengaku bahwa menggunakan kurikulum 2013, namun dalam penyampaiannya masih menggunakan model konvesional atau menggunakan LKS tetapi dengan tema-tema kurikulum 2013. Walaupun begitu di Jawa juga sudah ada yang menggunakan kurikulum 2013 dengan benar dan menggunakan model-model pembelajaran yang bervariasi. Model area yang diterapkan di Jawa dan sebagian di Madura seperti:
a.   Model area agama yakni dilakukan di masjid dengan sholat dhuha.
b.   Model area pasir dengan melaksanakan kegiatan eksperimen mencetak pasir yang dilakukan dilapangan dengan alas tikar.
c.   Area sains dengan menanam biji kacang hijau sehingga berkecambah.
d.   Area motorik halus, dengan menempel, menggambar, menggunting dan mewarnai.
2.   Penataan Kelas
a.   Kegiatan model area di Jawa dan Madura dilaksanakan diluar dan didalam kelas. Kegiatan didalam kelas berupa kelas dengan variasi ada yang menggunakan bangku dan meja ada juga dengan alas tikar. Kegiatan diluar kelas dalam model pembelajaran area ini menggunakan lapangan kemudian dengan alas tikar. Proses pembelajaran area dilakukan dengan berderet dengan permainan pembelajaran yang bervariasi misal area pasir.
b.     Alat bermain dalam setiap area dipersiapkan dengan baik dan sederhana walaupun belum termasuk  alat yang sempurna tetapi sudah bisa digunakan.
3.   Perangkat Pembelajaran
Merupakan sumber daya manusia yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Sebelum pembelajaran area dimulai guru yang mempersiapkan semua. Dalam pembelajaran area di Jawa dan Madura hanya peran guru saja yang penting. Dalam kegiatan ini tidak melibatkan siapa-siapa, orang tua hanya mengawasi. Pembelajaran mengacu pada kurikulum tetapi belum dilakukan secara sepenuhnya, guru kurang memanipulasi alat dan bahan ajar secara tiruan. Banyak ruangan yang seharusnya bisa digunakan untuk area, tetapi guru kurang menguasainya.
4.   Proses Pembelajaran
Kegiatan awal + 30 menit (klasikal)
  • Berbaris senam, berdoa, salam
  • Membaca doa-doa dan surat-surat pendek setelah itu dilanjutkan dengan bernnyanyi bersama.
  • Membicarakan tema / sub tema
  • Melakukan kegiatan fisik / motorik, dapat dilakukan diluar atau didalam kelas
KegiatanInti + 60 menit (individual di Area)
  • Sebelum melaksanakan kegiatan inti, guru membicarakan tugas-tugas di area yang diprogramkan pada hari itu.
  • Area yang dibuka setiap hari minimal 4 – 5 sesuai indikator yang akan dicapai / dikembangkan
  • Guru menjelaskan kegiatan-kegiatan didalam area yang diprogramkan,
Kegiatan akhir + 30 menit (klasikal)

·       Bertepuk tangan dengan 2 pola (seni)
·       Diskusi tentang kegiatan satu hari.
·       Bercerita dari guru.
·       Menyanyi, doa, pulang.

5.   Evaluasi
Selama kegiatan belajar mengajar berlangsung pada setiap area observer mengamatai cara evaluasi yang di lakukan guru dengan mencatat segala hal yang terjadi baik terhadap program kegiatannya maupun terhadap perkembangan peserta didik sesuai dengan indikator dan alat penilaian yang telah ditetapkan. Dari hasil catatan guru mengukur hasil dari proses belajar dengan menggunakan model area bagaimana  pencaipaian perekmbangan peserta didik yang sudah di capai. Apabila dalam program kegiatan maupaun hasil perkembanngan peserta didik masih ada yang belum berkembang dengan sesuai perencanaan yang di susun, maka guru mengupayakan untuk membuat strategi yang lebih efektif lagi agar tingkat pencapaian perkembangan peserta didik bisa semaksimal mungkin berkembang.

A.  Lampiran Hasil Observasi
Area Drama/Bermain Peran
 
Area Sains/IPA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar