MODUL
PERKULIAHAN
SIKOLOGI
PENDIDIKAN
MENGAJAR
YANG EFEKTIF

DISUSUN
OLEH:
AININ
SHOFIYAH 140651100102
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN GURU ANAK USIA DINI
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
TRUNOJOYO MADUARA
TAHUN
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah kita
panjatkan kehadiran Allah Swt yang telah melimpahkan begitu banyak nikmat-Nya
kepada kita, baik berupa nikmat iman, islam, kesehatan, dan waktu luang.
Shalawat dan salam tidak lupa kita haturkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga,
sahabat, serta kepada seluruh umat yang setia mengikutinya.
Dalam
kesempatan ini, alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan modul
perkuliahan Psikologi Pendidikan dengan
judul “Mengajar Yang Efektif” dengan Dosen Pembimbing Ibu Mayang, S.Psi., M.Psi.
Penulis
menyadari bahwa dalam penulisan modul perkuliahan psikologi pendidikan ini masih terdapat
kesalahan. Oleh karena itu atas segala kekurangan dan kekhilafan penulis
memohon maaf yang sebesar-besarnya. Dan hanya kepada Allah-lah penulis memohon
ampun dan perlindungan.
Bangkalan,
3 September 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Kata pengantar........................................................................................ i
Daftar Isi................................................................................................. ii
Materi
A.
Latar Belakang....................................................................... 1
B.
Tujuan.................................................................................... 2
C.
Manfaat.................................................................................. 2
D.
Waktu dan
tempat................................................................... 2
E.
Pelaksana................................................................................. 2
Bab 2 Pembahasan
A.
Prosedur
Pelaksanaan.............................................................. 3
B.
Deskripsi Hasil........................................................................ 3
Bab 3 Penutup
A.
Kesimpulan............................................................................. 6
B.
Saran........................................................................................ 6
Daftar Pustaka........................................................................................ 7
Lampiran (Power Point)......................................................................... 10
MENGAJAR
YANG EFEKTIF
A. Definisi dan Contoh Mengajar
Tugas
dan tanggung jawab guru sebagai pendidik adalah membantu dan membimbing siswa
untuk mencapai kedewasaan seluruh ranah kejiwaan sesuai dengan kriteria yang
telah ditetapkan, baik kriteria institusional maupun konstruksional. Dalam hal
ini, kegiatan nyata yang paling utama dalam memberi bantuan dan bimbingan itu
adalah mengajar .
1.
Definisi Mengajar
pengertian
yang umum dipahami orang terutama mereka yang awam dalam bidang-bidang studi
pendidikan, ialah bahwa mengajar merupakan penyampaian pengetahuan dan
kebudayaan kepada siswa. Dengan demikian tujuanpun hanya berkisar sekitar
pencapaian penguasaan siswa atas sejumlah pengetahuan dan kebudayaan. Dari
pengertian semacam ini timbul peranan bahwa dalam proses pengajaran hanya
dipegang guru, sedangkan murid dibiarkan pasif.
Arifin (1978) mendefinisikan
mengajar sebagai “... suatu rangkaian
kegiatan penyampaian bahan pelajaran kepada murid agar dapat menerima,
menanggapi, menguasai, dan mengembangkan bahan pelajaran itu”. Definisi ini
menekankan pengajaran yang hanya terpusat pada guru masih juaga tergambar
dengan jelas. Dengan demikian siswa selaku peserta didik dalam definisi Arifin
di atas, tetap tidak atau kurang aktif.
Tyson dan Caroll (1970), menyimpulkan
bahwa mengajar adalah sebuah cara dan proses hubungan timbal baik antara siswa dan guru yang sama-sama aktif melakukan kegiatan.
Sehubungan dengan definisi itu Tyson dan Corall menetapkan sebuah syarat, yakni
apabila iteraksi antarpersonal (siswa dan guru) di dalam kelas terjadi dengan
baik, maka kegiatan belajar akan terjadi. Sebaliknya, jika interaksia antara
guru-siswa buruk, maka kegiatan siswapun tida terjadi atau mungkin terjadi
tetapi tidak sesuai dengan harapan.
Nasution (1986) berpendapat bahwa
mengajar adalah “... suatu aktifitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan
sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan anak, sehingga terjadi proses belajar”.
Lingkungan dalam hal ini tidak hanya ruang kelas (ruang belajar), tetapi juga
guru, alat peraga, laboratorium, dan sebagainya yang relevan dengan kegiatan
belajar siswa.
Tardif (1989) mendefinisikan mengajar
dengan lebih sederhana tetapi cukup
komprehensif dengan mengatakan bahwa mengajar itu pada prinsipnya adalah
perbuatan yang dilakukan seseorang (guru) dengan tujuan membantu atau
memudahkan orang lain (siswa) melakukan kegiatan belajar.
Biggs (1991), seorang pakar psikologi
kognitif masa kini, membagi kosep megajar dalam tiga macam pengertian. 1)
pengertian kuantitatif (yang menyangkut jumlah pengetahuan yang diajarkan). 2)
pengertian institusional ( yang menyangkut kelembagaan atau sekolah). 3)
pengertian kualitatif (yang menyangkut mutu hasil yang ideal).
Dalam pengertian kuantitatif, mengajar
berarti the transsmision of knowledge, yakni penularan pengetahuan. Dalam hal
ini, Guru hanya perlu menguasai pengetahuan bidang studinyadan menyampaikan
kepada siswa dengan sebaik-baiknya.
Dalam pengertian institusional,
mengajar berarti the efficient orchestration
of teaching skill, yakni penataan segala kemampuan mengajar secara efisien.
Dalam pengertian ini, guru di tuntut untuk selalu siap mengadptasikan berbagai
teknik mengajar untuk bermacam-macam siswa yang berbeda bakat, kemampuan dan
kebutuhannya.
Selanjutnya, dalam pengertian kualitatif,
mengajar berarti the facilitation of
learning yakni upaya membantu memudahkan kegiatan siswa. Dalam hal ini,
guru berinteraksi sedemikian rupa dengan siswa dengan konsep kualitatif, yakni
agar siswa belajar dalam arti membentuk makna dan pemahaman sendiri. Pengajaran
ini lebih terpusat pada siswa (student
centered), sedangkan pengajaran kuantittif lebih terpusat pada guru (teacher centered).
2.
Contoh Mengajar
Selaku pengelola
kegiatan siswa, guru sangat diharapkan menjadi pembimbing dan pembantu para siswa,
bukan hanya ketika mereka berada dalam kelas saja melainkan ketika mereka
berada diluar kelas. Dalam hal ini, menjadi pembimbing guru perlu mewujudkan
kemampuanya dalam kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
- Membimbing kegiatan para siswa
- Membiming kegiatan para siswa
Membimbing kegiatan
siswa tidak hanya berarti berceramah dimuka kelas, tetapi juga memberikan
peluang kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajarnya. Contoh : jika para
siswa sedang diajari menulis, maka para siswa tulah yang seharusnya lebih
banyak mendapat peluang menulis, bukan guru. Tugas guru yang penting dalam hal
ini adalah memberi contoh dan dorongan persuasif kepada para siswa serta menata
lingkungan sebaik-baiknya, sehingga memungkinkan mereka belajar dengan mudah.
Dari contoh diatas dapat dipahami bahwa tradisi mengajar dengan mendominasi
kegiatan kelas seperti menulis pada papan tulis terus menerus atau mendektekan
teks kepada siswa hingga akhir jam pelajaran, tidak dapat dipandang lagi
sebagai kegiatan pelajar yang sesungguhnya. Padahal arti penting kegiatan
mengajar adalah dalam rangka menimbulkan bahkan memudahkan belajar siswa. Dalam
membimbing pengalaman para siswa, guru dituntut untuk menghubungkan mereka
dengan lingkunganya. Hal ini, penting karena dalam pengalaman berinteraksi
dengan lingkungannya itulah. Sesungguhnya para siswa mengalami proses belajar.
B.
Pandangan-Pandangan Pokok Mengenai Mengajar
Ada
dua macam aliran pandangan yang berbeda dalam melihat profesi mengajar. Aliran
pertama menganggap mengajar sebagai “ilmu”, sedangkan aliran kedua menganggap
mengajar sebagai “seni”.
1.
Mengajar Sebagai Ilmu
Sebagian ahli
memandang mengajar sebagai ilmu (science).
Oleh karenanya, guru merupakan sosok pribadi manusia yang memang sengaja
dibangun untuk menjadi tenaga profesional yang memiliki profisiensi
(berpengetahuan dan berkemampuan tinggi) dalam dunia pendidikan yang
berkompeten untuk melakukan tugas mengajar.
Seorang pakar psikologi pendidikan, J.M. Stephens,
berpendapat bahwa seorang yang profesional seharusnya memiliki keyakinan yang
mendalam terhadap ilmu yang berhubungan dengan proses kependidikan yang
mendalam terhadap ilmu yang berhubungan dengan proses pendidikan yang dapat
menyelesaikan masalah-masalah besar itu. Hal ini penting, karena menurutnya
mengajar itu terkadang berbentuk proses yang emosional dan entusiastik yang
dapat menghambat penerapan secara persis teori-teori ilmu pengetahuan (Barlow,
1985).
Aliran pandangan yang menganggap mengajar sebagai ilmu
dapat menimbulkan konotasi bahwa seseorang yang dikehendaki menjadi guru,
misalnya oleh orang tuanya sendiri, akan dapat menjadi guru yang baik asal
dididik di sekolah atau fakultas keguruan.
2.
mengajar Sebagai Seni
Sebagian ahli lainnya memandang
bahwa mengajar adalah seni (art),
bukan ilmu. Oleh karenanya, tidak semua orang berilmu (termasuk orang yang
berilmu pendidikan) bisa menjadi orang yang piawai dalam hal mengajar.
Sebagai contoh, seorang pakar yang
“mumpuni” dalam sebuah bidang studi umpanmanya bidang studi agama dan bahkan
telah memiliki pengetahuan keguruan yang cukup, belum tentu mahir mengajar
agama kepada orang lain. Dalam kenyataan sehari-hari terkadang kita saksikan
seorang guru agama atau bahkan seorang yang terlanjur berpredikat ulama yang
sama sekali tidak menarik dan membosankan ketika ia berceramah atau berdiskusi
mengenai masalah keagamaan. Sebaliknya ada pula seorang pengajar madrasah yang
hanya berpredikat santri biasa dan tak pernah mengikuti sekolah keguruan tetapi
ternyata berhasil menjadi guru agama yang baik. Santri itu cukup piawai dalam
mentransfer pengetahuan, sikap dan keterampilan keagamaannya kepada
murid-muridnya.
Berdasarkan kenyataan yang ada,
seperti contoh diatas, maka cukup kuatlah eksistensi aliran yang memandang
bahwa mengajar adalah seni, dan kecakapan mengajar yang notabene artistik itu
hanya dimiliki oleh orang-orang yang berbakat. Dengan demikian, menurut aliran
yang memandang mengajar sebagai seni, seseoarang hanya dapat mengajar dengan
baik semata-mata karena bakat yang dimilikinya. Dengan kata lain orang itu
menjadi guru (yang kompeten dan
profesional) karena ia telah ditakdirkan lahir sebagai seorang guru.
Sehubungan dengan pandangan diatas,
seorang guru besar sastra Gilbert Hight dalam bukunya The Art Of Teaching (Seni Mengajar) menegaskan bahwa, ... teaching is an art, not a science yakni
mengajar adalah sebuah seni, bukan sebuah ilmu (Barlow1985). Menurutnya,
penerapan tujuan dan metode sebuah ilmu kepada manusia itu (dalam pengajaran)
sangat berbahaya meskipun prinsip statistik dan diagnosis saintifik dapat
menjelaskan tingkahlaku dan struktur fisik aneka ragam kelompok manusia.
C.
Cara Mengajar yang Efektif
Karena
mengajar adalah hal yang kompleks dan karena murid-murid itu bervariasi, maka
tidak ada cara tunggal untuk mengajar yang efektif untuk semua hal (Diaz 1970).
Guru harus menguasai beragam perspektif dan strategi, dan harus bisa
mengaplikasikannya secara fleksibel. Hal ini membutuhkan dua hal utama: (1)
pengetahuan dan keahlian profesional, dan (2) komitmen dan motivasi.
1.
Pengetahuan dan Keahlian Profesional
Guru yang efektif menguasai materi pelajaran dan keahlian atau keterampilan
mengajar yang baik. Guru yang efektif memiliki strategi pengajaran yang baik
dan didukung oleh metode penetapan tujuan, rancangan pengajaran, dan manajemen kalas.
Mereka tahu bagaimana memotivasi, berkomunikasi, dan berhubungan secara efektif
dengan murid-murid dari beragam latar belakang kultural. Mereka juga memahami
cara menggunakan teknologi yang tepat guna di dalam kelas.
a. Penguasaan
Materi Pelajaran
Guru
yang efektif harus berengetahuan, fleksibel dan memahami materi, tentu saja,
pengetahuan subyek materi bukan hanya mencakup fakta, istilah, dan konsep umum.
Ini juga membutuhkan pengetahuan tentang dasar-dasar pengorganisasian materi,
mengaitkan berbagai gagasan, cara berfikir dan berargumen, pola perubahan dalam
satu mata pelajaran, kepercayaan tentang mata pelajaran dan kmampuan mengaitkan
satu gagasan dari suatu disiplin ilmu ke disiplin ilmu lainnya.
b. Strategi Pengajaran
c. Penetapan Tujuan dan Keahlian
Perencanaan Instruksional
Guru
yang efektif tidak hanya sekedar mengajar di kelas, mereka harus menentukan
tujuan pengajaran dan menyusun rencana untuk mencapai tujuan itu (Printich dan
Schunk, 2002). Mereka juga harus menyusun kriteria tertentu agar sukses. Mereka
menghabiskan banyak waktu untuk menyusun rencana instruksional,
mengorganisasikan pelajaran agar murid meraih hasil maksimal dari kegiatan
belajarnya. Dalam menyusun rencana, guru memikirkan tentang cara agar pelajaran bisa menantang sekaligus menarik.
d. Keahlian Manajemen Kelas
Guru
yang efektif adalah mampu menjaga kelas tetap aktif bersama dan
mengorientasikan kelas ke tugas-tugas. Guru yang efektif mampu membangun dan
mempertahankan lingkungan belajar yang kondusif. Agar lingkungan ini optimal,
guru senantiasa meninjau ulang strategi penataan dan prosedur pengajaran,
pengorganisasian kelompok, monitoring,
dan mengaktifkan kelas, serta menangani tindakan murid yang mengganggu kelas
(Algozzine dan Kay, 2002; Emmer Stough, 2001; Lindberg dan Swick,
2002;Martella, Nelson dan Marchand-Martella, 2003).
e. Keahlian Motivasional
Guru
yang efektif punya strategi yang baik untuk memotivasi murid agar au belajar
(Boekaerts,Pintrich dan Zeidner, 2000; Stipek, 2002). Guru yang efektif tahu
bahwa murid akan termotivasi saat mereka bisa memilih sesuatu yang sesuai
dengan minatnya. Guru yang baik akan memberi kesempatan murid yang berpikir
kreatif dan mendalam untuk proyek mereka sendiri (Runco, 1999).
f. Keahlian Komunikasi
Yang
juga amat diperlukan untuk mengajar adalah keahlian dalam berbicara, mendengar,
mengatasi hambatan komunikasi verbal, memahami komunikasi nonverbal dari murid
dan mampu memecahkan konflik secara konstruktif. Kemampuan komunikasi bukan
hanya penting untuk mengajar, tetapi juga berinteraksi dengan orang tua murid.
Guru yang efektif menggunakan keahlian komunikasi yang baik saat mereka
berbicara “dengan” murid, orang tua, administrator, dan yang ulainnya, dan tidak terlalu banyak
mengkritik, serta memiliki gaya komunikasi yang asertif, bukan agresif,
manipulatif, atau pasif (Alberti dan
Emmons,1995; Evertson, Emmer dan Worsham, 2003). Guru yang efetif juga bekerja
untuk meningkatkan keahlian komunikasi para murid.
g. Bekerja Secara
Efektif dengan Murid dari Latar Belakang Kultural yang Berlainan
Di dunia yang saling berhubungan secara
kultural ini, guru yang efektif harus
mengetahui anak dengan latar belakang yang berbeda, dan sensitif terhadap
kebutuhan mereka (Cushner,2003; Johnson,2002; Spring, 2002). Guru yang efektif
mendorong murid menjalin hubungan yang positif dengan murid yang berbeda. Guru
yang efektif membimbing murid untuk berfikir secara kritis tentang isu kultural
dan etnis, dan mereka berusaha mengurangi bias, menanamkan sikap aling
menerima, dan bertindak secara mediator kultural (Banks 2001, 2002). Guru yang
efektif juga harus menjadi perantara antara kultur sekolah dengan kultur dari
murid tertentu, terutama mereka yang kurang sukses secara akademik (Diaz,
1997).
h. Keahlian Teknologi
Teknologi
itu sendiri tidak selalu meningkatkan kemampuan belajar murid. Dibutuhkan
syarat atau kondisi lain untuk menciptakan lingkungan belajar yang mendukung
proses balajar murid (Earle, 2002; Sharp, 2002). Guru yang efektif
mengembangkan keahlian teknologi dan mengintegrasikan komputer ke dalam proses belajar di kelas (Male,
2003). Integrasi ini harus disesuaikan dengan kebutuhan belajar murid, termasuk
kebutuhan mempersiapkan murid untuk mencari pekerjaan di masa depan, yang
sangat membutuhkan keahlian teknologi dan keahlian berbasis komputer (Maney,
1999).
2.
Komitmen dan Motivasi
LEMBAR
KERJA
Soal
1.
Jelaskan
pengertian mengajar menurut pendapat anda?
2.
Bagaimana
pandangan anda mengenai mengajar sebagai ilmu dan seni?
3.
Bagaimana cara
mengajar yang efektif?
4.
Apa saja
keahlian yang harus dimiliki seoarang guru dalam mengajar?
5.
Bagaimana cara
memotivasi siswa untuk meningkatkan keinginannya dalam belajar?
Kunci
Jawaban
DAFTAR
PUSTAKA
Syah, Muhibbin. ().
Psikologi Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Ormrod, Jeanne Ellis.
(2009). Psikologi Pendidikan. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Santrock, John W.
(2007). Psikologi Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada
Media Group.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar